Jumat, 16 November 2012

Diperkosa Atasan



Usia saya saat saya ceritakan pengalaman ini baru berumur 24 tahun. Saya lulusan terbaik di salah satu universitas swasta di kota J. Saya mengambil jurusan fakultas hukum, dan sekarang saya bekerja di PT. "X" yang bergerak dalam bidang eksport-import. Saya menjabat sebagai kepala Personalia dan HRD. Memang wajah saya terbilang ganteng dan tubuh saya termasuk dalam katagori bagus. Di perusahaan di mana saya bekerja mayoritas wanita, pemilik perusahaan in adalah wanita keturunan Japang (Jawa dengan Jepang), karena kepandaian saya dan kepintaran saya maka saya menjadi tangan kanannya walaupun ia sudah mempunyai sekretaris yang cantik, lulusan salah satu akademi sekretaris di kota J. Saya menjabat sebagai Kepala Personalia dan HRD serta sebagai tangan kanan Big Boss. Ada enaknya dan ada juga tidak enaknya. Pengalaman yang ingin saya ceritakan ini terjadi pada tanggal 26 Agustus 2000, di mana saat itu saya memberikan perintah kepada bawahan saya untuk mentransfer gaji karyawan. Saya tidak habis pikir, gaji saya tidak masuk dalam daftar transfer. Lalu saya tanya kepada bawahaanku "Ke, Ike�kenapa nama saya tidak ada dalam daftar." "Kamu kan tahu, saya ini atasan kamu," tanya saya dengan nada meninggi. "Maaf Pak, gaji Pak Tony ditahan sama Ibu Valerie (atasanku)," jawab Ike. "Ya, sudah sana cepat transfer, nanti terlambat," saya memberikan perintah kepadanya. Aku tidak habis pikir ada apa Ibu Valerie ini menahan gaji saya, apa saya korupsi sehingga gaji saya tidak sesuai dengan hitungannya, atau saya ada kesalahan terhadapnya. Pertanyaan itu yang terus berputar dalam otak saya. Tiga jam sebelum pulang kantor, saya memberanikan diri untuk mememuinya. Tampak Bu Valerie dengan usia 37 tahun masih terlihat kecantikan yang tersimpan hingga kini. "Sore, Bu," saya memulai pembicaraan. "Oh, kamu Tony, Silakan duduk dahulu," ucap bos saya. "I..ya, Bu," tergagap-gagap saya menjawabnya. "Tunggu sebentar, yah, Saya mau membereskan urusan ini dahulu," kata bos saya. Saya duduk dengan manis, tiba-tiba saya menatap belahan dadanya yang tidak terkancing dengan baik. Ternyata bos saya mempunyai payudara yang masih seperti anak umur belasan tahun. Padahal setahu saya bos saya itu mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Lady, yang sekarang sudah duduk di SMU. Mata saya terpaku pada belahan dada bos saya sehingga tanpa saya sadari batang kemaluan saya telah menegang. Tiba-tiba bos saya berkata dengan nada yang tinggi. "Pak Tony, kalau kamu ingin gaji kamu bulan ini, tolong kamu ke rumah saya malam ini," kata bos saya dengan nada tinggi. "Pokoknya saya tidak mau tahu, Pak Tony harus ada di rumah saya jam 8 malam ini," perintah bos saya dengan tegas. "I�ya, Bu Valerie," jawab saya terbata-bata. Sekarang jam 6 sore, saya telah sampai di kontrakan, tetapi saya masih bertanya-tanya dalam hati. "Ada apa diantara saya dengan bos saya". Sambil menunggu waktu untuk berangkat saya meminum secangkir kopi hangat yang dibuatkan oleh pembantu. "Pak, saya pulang dulu," pinta pembantu saya. "Oh, iya.. iya," jawab saya sedikit kaget. Karena pikiran saya tertuju pada bos saya. Setelah pembantu saya pulang, saya berangkat ke tempat kediaman bos saya. Tempat kediaman bos saya termasuk dalam wilayah elit. "Kring��.kring��.kring," bunyi bell pagar, yang saya pencet. "Kring..., kring... kring," untuk kedua kalinya saya pencet bell. "Siapa?" Tanya wanita muda, yang wajahnya mirip sekali dengan bos saya. "Saya, Pak Tony, pegawai Bu Valerie," jawab saya sambil menutupi kekagumanku terhadap wajahnya. "Oh... ibu ada di dalam, lagi menunggu bapak," jawab wanita tersebut. "silakan masuk, pak," kata wanita tersebut. "Terima kasih, Dik," jawab saya. "Ngomong-ngomong, adik ini siapa?" Tanya saya. "Oh�saya adalah anak Bu Valerie," jawabnya. "Oh�Lady, yang waktu itu ikut ke kantor dengan Ibu," jawab saya. "Iya..iya," jawabnya. "Kamu sudah besar yah," kata saya. "Iya..iya," jawabnya. Setibanya di dalam rumah saya diminta langsung menunggu di ruang kerjanya Bu Valerie. Sambil menunggu saya melihat-lihat seluruh ruang kerja bos saya. Di sana terpampang foto keluarga dan foto bos saya. Terlihat cantik sekali bos saya di foto. "Mau minum apa, Ton?" Tanya bos saya tiba-tiba. "A..pa sa..ja Bu," jawab saya tergagap-gagap karena kaget. "Begini Ton, Ibu meminta kamu ke sini untuk mengerjakan suatu kerjaan," bos saya menjelaskan kepada saya. "Kerjaan apa itu bu?" Tanya saya. "Kamu harus mau untuk..." Jawab bos saya dengan tidak menyelesaikannya. "Untuk apa bu?" Tanya saya lagi. "Kamu harus mau untuk melayani saya," jawabnya dengan sedikit mendesah. "Saya tidak mau...tidak mau," jawab saya. "Kalau kamu tidak mau juga tidak apa-apa, tapi kamu harus mau memikul akibatnya," ancam bos saya. "Apa akibatnya?" Tanya saya. "Kamu dapat saya pecat atau..." Tanpa diberikan waktu untuk berpikir, bos saya menarik gaun malamnya hingga robek dan berkata, "Tolong-tolong, saya mau diperkosa...tolong-tolong, saya mau diperkosa," teriaknya. Tanpa pikir panjang lagi aku berkata "Oke...oke, saya mau, tetapi dengan satu syarat," kataku. "Apa syaratmu?" Tanya bos saya. "Tolong, aku dikawinkan dengan anakmu," jelas saya. "Tidak��tidak bisa," jawabnya. "Kalau tidak bisa, yah nggak apa-apa, saya tahu ibu mau mengelabui saya, ruangan ini kedap suara." Jelas saya. "Walaupun ibu teriak-teriak tidak akan ada yang dengar, bukan begitu bu?" "Ya�.ya kamu benar, tapi syaratmu itu terlalu besar," sejenak ia berpikir. "Oke�oke saya setuju dengan syaratmu, tapi saya mempunyai syarat lagi," katanya. "Apa syaratnya?" Tanya saya. "Kamu harus mau melakukan apa saja dalam berhubungan seks dengan saya," pinta bos saya. "Apa saja?" tanyaku keheranan. "Ya�..ya, apa saja," jawab bos saya. Sejenak saya berpikir "Oke �.oke, sebelumnya mana gaji saya dan mana bukti Ibu menyerahkan anak Ibu?" "Oke�..oke, ini gajimu dan anak saya nanti saya serahkan kepadamu, setelah kita bermain seks." Jawabnya. "Oke�oke, silakan ibu memakai saya." Jawab saya. Tanpa diminta untuk kedua kalinya bos saya langsung membawa saya ke kamar yang khusus. Kamar tersebut beraroma khusus, sehingga menimbulkan gairah seks bagi siapa saja yang ke kamar tersebut. Saya diminta tidur dalam posisi kaki terbuka dan tangan merentang ke samping. Saya ditelanjangi dengan cepat oleh bos saya. Lalu kaki saya diikat dengan tempat tidur dan tangan sayapun diikat juga. "Bu��bu, mau diapain saya��?" "Jangan ribut! Kamu sudah setuju dengan syarat-syaratnya, kan?" Setelah berkata itu, bos saya mengulum batang kemaluan saya dengan kasarnya. "Oww.., owww..., sak.. kit, Bu," tampaknya Bos saya tidak peduli lagi. Batang kemaluan saya digesek-gesek ke giginya hingga saya merasakan perihnya. "Bu... bu... per.. rih... oww... oww... pel.. lan.. pel.. an, Bu,". Tiba-tiba tangan bos saya menutup mulut saya dengan saputangannya. "Ohm... ohm... ohm��." saya menggeliat kesana-kemari. Tampaknya bos saya itu mengalami kelainan seksual sehingga saya disiksa begini. Batang kemaluan sayapun tidak dapat berdiri dengan gagah. Bos saya membiarkannya batang kemaluan saya berada dalam mulutnya. Tiba-tiba mulut saya disumpal dengan batang kemaluan dari karet sintetis. "Mhm... mhm... mhm," dan bos saya pun mulai menjilati batang kemaluan dari karet sintetis itu, sementara batang kemaluan saya digosok-gosokan ke lubang kemaluannya sehingga batang kemaluan sayapun mulai berdiri tegak. "Owhm.. owhm... owhm," bos saya mengulum batang kemaluan dari karet sintetis yang berdiri tegak di mulut saya. Posisi tubuh berputar dan wajah bos saya di depan wajah saya, lalu mencabut batang kemaluan dari karet sintetis itu dalam mulut saya dan mulut saya lalu diciumi bertubi-tubi. Sementara tangannya memegang batang kemaluan dari karet sintetis itu ke arah pantat saya, terasa ada sesuatu yang mau masuk ke dalam anus saya. Saya menggeliat sebisa-bisanya, tetapi saya tidak dapat melepaskan siksaan ini. Akhirnya batang kemaluan dari karet sintetis itu masuk sedikit ke dalam anus saya. "Oww��oww��mh�..mh�..mh," saya kesakitan sambil meronta. Setelah batang kemaluan dari karet sintetis itu masuk tiga perempat ke dalam anus saya, bos saya ganti posisi, ingin mempertemukan lubang kemaluan dan lubang anusnya dengan batang kemaluan saya dan batang kemaluan dari karet sintetis itu. Sementara saya mengeluarkan air mata, saya merasakan adanya sedikit nafsu dalam diri saya dan perihnya anus saya ditembus oleh batang kemaluan dari karet sintetis bos saya dan mulut saya disumpal lagi oleh saputangannya. Batang kemaluan saya tidak berdiri penuh lagi maka dengan kedua tangan bos saya, mengocok batang kemaluan saya dan memberikan sedikit ludah dari mulutnya ke pangkal serta kepala batang kemaluan saya. Saya merasakan batang kemaluan sayapun lama-lama tegang lagi dan selanjutnya bos saya mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. "Slep�..slep�.slep," setelah didorong tiga kali batang kemaluan sayapun masuk seperempat ke lubang kemaluannya, tiba-tiba batang kemaluan dari karet sintetis yang ada di dalam anus saya dibengkokkan sedikit untuk mengarah ke anus bos saya. Bos saya mencoba untuk memasukannya dan berhasil memasukan setengah batang kemaluan dari karet sintetis ke dalam anusnya. "Owhm..., owhm..., owhm..., owhm," bos saya mulai menggoyangkan pinggulnya, sementara aku masih merasakan perih di sekitar anus dan batang kemaluan saya yang terbenam dalam lubang kemaluannya. "Oehm... oehm... oehm..." saya merasakan desakan nafsu lebih besar dari pada rasa perih saya di anus. Saya goyangkan pinggangku ke kanan dan ke kiri, "Oww... ow... ow... ter..us, ter..us... Ton..ny, ter..us.. ach... ach... ach," reaksi yang sangat gila dari bos saya. Ia menekan setelah ia menaikkan sedikit pinggulnya. "Ach... ach... ach... Ton... Say... say..a tid..dak.. ku..at la..gi," bersamaan dengan itu saya merasakan sperma saya muncrat di dalam lubang kemaluan bos saya, "Ow... owh.. owhm... say..ya kel..lua..rrrr... bu," "Tidak apa-apa Ton." Setelah bos saya sampai puncak, kain yang menyumpal mulut saya dibuka. Tubuh lemas bos saya terkulai di samping saya. "Bu... tolong-tolong, sakit sekali anus saya, bu," dan bos saya membuka ikatan saya. Sayapun tidak dapat bergerak karena anus saya perih dan sakit. "Ow.. Tony sayang kasihan kamu," bos saya berkata sambil menjilati batang kemaluan saya dan anus saya dengan lidahnya. Rasa perih dan sakit lama-lama hilang, dan saya memberanikan diri untuk duduk di kasurnya tetapi masih ada sedikit rasa yang mengganjal di anus saya. Sementara bos saya tergolek di tempat tidur kehabisan tenaga. "Ton.. besok senin.. kamu saya kasih cuti satu hari, dan saya kasih kunci rumah ini, biar kamu mengambil syaratmu, karena anakku pulangnya jam 12 siang, mainlah sepuasmu yah," kata bos saya. "Itu ambil kuncinya di meja kerja, tapi satu saja yah." Sayapun mengambil kunci rumah tersebut dan saya simpan, saya berpikir besok hari minggu dan hari senin masih lusa. Saya ingin memberikan kejutan seperti ini pada bos saya, tetapi saya yang memulai. Saya pulang dengan uang gaji, kunci dan rasa perih di anus saya, sayapun berjalan seperti orang yang baru disunat. Sampai di rumah saya merebahkan diri dan tertidur sampai pulas. Keesokan harinya saya bangun pagi-pagi dan saya masih merasakan sedikit perih di dalam anus saya bila saya buang hajat. Saya mandi dan siap-siap untuk membuat kejutan di rumah bos saya. Di perjalanan saya melihat terong unggu yang bentuknya lurus tidak bengkok-bengkok dan bulatnya rapi. Saya beli dua terong itu seharga Rp. 500,- dan saya sampai ke rumah bos saya. Dengan diam-diam saya masuk ke rumah bos saya karena saya diberi kunci luar dan kunci dalam. Saya berjalan perlahan-lahan menuju kamar bos saya. Setibanya di depan kamar saya coba untuk membuka, dan memang tidak dikunci. Saya masuk perlahan-lahan dengan detak jantung yang semakin cepat. Saya melihat bos saya tidur dengan gaun malam dan tampak sekali belahan lubang kemaluannya karena pakaiannya tersingkap oleh tangannya sendiri. Saya diam-diam dan hati-hati, karena anus saya masih perih-perih sedikit. Saya tarik sedikit celana dalamnya dan saya ambil gunting yang ada di meja. Saya tarik sedikit dan saya gunting celana dalamnya. Saya tarik perlahan-lahan dan saya buang CD-nya ke tempat sampah yang ada di kamar bos saya. Saya ikat kedua-tangan bos saya ke tempat tidur dan saya mulai memasukan terong tersebut ke anus bos saya tanpa diolesi lotion dan terong itu susah sekali masuk ke dalam anus bos saya, lalu saya ludahi terong itu dan perlahan-lahan mulai masuk sedikit demi sedikit dan bos saya bangun dari tidurnya membalikan tubuhnya. "Sh...sh, Ton apa yang kau lakukan?" sambil bergerak dan terong itu tertindih oleh pantat bos saya. "Saya mau membalas perlakuan boss." Maka tanpa diberi aba-aba lagi saya tekan terong yang masuk ke dalam anus bos saya dan terong yang kedua saya masukkan ke dalam lubang kemaluannya. Setelah kedua terong itu masuk ke sasaran masing-masing saya membenarkan ikatan-katan. "Ugh... ugh... ugh..." Hanya terdengar dari mulutnya yang saya ikat dengan serbet dapur dan terlihat matanya mengeluarkan air mata. Saya tinggalkan bos saya dan saya menuju ke kamar Lady. Di dalam kamar Lady yang tidak terkunci saya perlahan-lahan masuk. Setibanya di dalam saya lihat Lady yang begitu cantik, kulitnya putih dan menggunakan baju tidur dengan kain yang sangat tipis. Perlahan-lahan saya singkapkan baju tidurnya, dan jantung saya mulai berdetak cepat sekali. Dalam pikiran saya, saya akan mendapatkan keperawanan perempuan secantik dan seanggun Diana Pungky. Perlahan-lahan saya tarik CD-nya sehingga pas untuk gunting merobek CD-nya. Saya melihat belahan kemaluan yang sangat terawat serta bulu-bulu yang terawat, perlahan-lahan saya dekati hidung saya ke arah kemaluannya yang terhimpit oleh kedua pahanya. Saya menghirup bau harum dari kemaluannya, saya beranikan tangan saya mengelus bukit yang berada di hadapan saya. Lalu karena kemaluan saya sudah tegang, saya buka celana dan CD saya sehingga kemaluan saya seperti pisau tegak lurus ke depan. Saya mencoba untuk bermain belakang, tidak masuk-masuk lalu saya meludah ke tangan dan saya olesi perlahan-lahan bukit kemaluannya dengan ludah. Sekali dua kali tidak berhasil dan Lady merubah posisi tidurnya dengan telungkup dan memeluk guling sehingga kemaluannya terlihat merekah dihiasi dengan lambaian-lambaian rambut yang rapi. Untuk ketiga kalinya saya mencoba, dan saya berhasil memasukkan kepala kemaluan saya ke dalam liang lubang kemaluannya. "Siapa sih yang mainin memek lady," ujarnya sambil dengan tidak bergeming. "Uhg... uhg... st... sts... sakit... sakits..sakits." Seraya kemaluan saya masuk seluruhnya dan Lady terdorong dalam posisi tengkurap dan kemaluan saya masuk seluruhnya ke dalam lubang kemaluannya. "Aduh... aduh... mama... sts.. sakits... sakits." Memang kepala lady saya pegang agar tidak melihat siapa yang berbuat. Setelah lima menit saya genjot, Lady mulai melemas dan saya melihat adanya cairan putih bercampur dengan darah keluar dari dalam liang lubang kemaluannya. Inilah pembalasan yang setimpal dari saya atas pemerkosaan yang dilakukan oleh ibumu dalam hati saya. Setelah sepuluh menit saya merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari kemaluan saya dan saya tekan kuat sekali. "Sts... sts... Lad..dy, saya ak..akan menjaa..di suami mu..u!" Setelah berkata itu maka, "Crots... crots... crots," sperma saya menghujani liang kemaluannya sehingga terlihat banjir. Setelah bermain dengan Lady, terlihat Lady lemas dan lunglai, maka saya diamkan saja posisinya dan saya keluar kamar melihat ibunya alias bos saya. Lalu saya buka sumpalan mulutnya, "Hsm... hsm... Toon, sasssya min..ta maa..af att..as per..buat..tan say..ya, kemarinnn. Say..ya mer..rasakan skits..nya." "Saya juga meminta maaf bu, tapi sebelumnya tolong ibu tandatangani surat perjanjian ini yang telah disetujui bersama." "O... boll..eh sin..ni." Bos saya beranjak dari ranjangnya dengan hati-hati karena masih merasakan perih di anus dan di liang kemaluannya. Tanpa disadari bahwa perjanjian itu telah saya ganti isinya, bahwa semua kekayaan bos saya akan beralih kepada saya setelah ia menjadi istri pertama saya dan lady menjadi istri kedua saya. Sekali mendayung dua tiga pulau kulampaui, tidak ada masalah ibunya janda, yang penting anaknya dan hartanya. Setelah peristiwa itu berlalu satu bulan, saya memberikan copy dari perjanjian itu dan saya mendapat kabar bahwa Lady tidak melaporkan kepada siapa saja bahwa ia telah diperkosa. "Ton... ton, dipanggil boss tuh," ujar skretaris bos saya. "Siang bu." "silakan duduk Ton." "Ton, kok perjanjiannya seperti ini?" "Beda dengan yang Ibu maksud?" "Ah, ibu lupa kali" "Berarti kamu punya istri dua orang, saya dan anak saya? Iya Ton?" "Benar bu." "Saya tidak mau." "Ibu tidak mau, maka saya akan katakan bahwa Lady telah diperkosa oleh preman" "Ti..dak." "Yah kalo ibu tidak mau saya beberkan kelakuan ibu dengan saya di kantor polisi." "Kamu ancam saya? Ok kalo begitu, saya istri di bawah tangan dan anak saya istri yang sah." "Hari ini kita menikah di bawah tangan dan kamu tidak boleh serumah dengan saya sampai kamu menikah dengan anak saya." Begitulah ceritanya pengalaman saya, dan sampai saat ini saya telah mempunyai 2 orang anak berumur 3 tahun dan 8 bulan dari Lady dan dari bos saya saya mempunyai anak berumur 5 tahun. 

Cewek Kostku Tersayang



Namaku adalah Iyo, usiaku 24 tahun, aku tinggal sendiri di sebuah rumah yang cukup besar untuk aku tempati sendiri karena itu rumahku kujadikan tempat kost cewek. Apalagi rumahku letaknya berdekatan dengan universitasku. Aku menyeleksi semua cewek yang ingin kost di rumahku, mereka harus cantik, seksi dan gaul apalagi kalau wajahnya terlihat nakal, pasti langsung aku terima tinggal disini. Karena itu semua kamar terisi dengan cewek-cewek cantik. Itulah awal percintaanku dengan salah satu cewek kostku. Yang aku incar adalah Nuke karena dia sangat cantik dan bodynya sangat seksi, wajahnya sangat sensual menurutku, aku jatuh hati saat pertama melihatnya karena itu aku melakukan segala macam cara agar bisa memilikinya, mengantar dia kuliah pakai mobil, membantu menyelesaikan tugas, ajak dia jalan, nonton, shopping, pokoknya kumanjakan dia. Akhirnya usahaku tak sia-sia, Nuke mulai jatuh hati padaku. Hal itu terjadi saat kami berdua pulang dari menonton bioskop. Tingkah laku Nuke terlihat lain, biasanya dia suka bercanda sampai tertawa ngakak, malam itu di dalam mobil dia tampak pendiam dan sering menatap wajahku lalu tersenyum manis, sebenarnya aku tahu isi hatinya tapi aku pura-pura tidak tau. "Kamu kenapa Say..? Sakit ya?", tanyaku sok perhatian. "Oh.. Nggak kok Yang.. Nuke jadi suka aja ngelihat Yayang..", jawabnya polos. Kemudian kami tersenyum dan terdiam lagi sampai di rumah. Pada waktu jalan dia menggandeng tanganku lembut sampai di kamarnya. "Udah ya Say, sekarang tidur ya?", kataku sambil beranjak pergi menuju kamarku. "Yang.. Kenapa ya Nuke kok jadi sayang sama Yayang.." ucapnya sambil memegang tanganku, matanya menatapku penuh harap. "Ah.. Ngaco kamu, udah tidur sana!", jawabku sok cuek sambil berlalu. "Yang..! Temani Nuke bentar ya..?", pintanya, aku hanya tersenyum lalu dia menggandengku masuk kamarnya. Setelah kamarnya kukunci, Nuke langsung memelukku. "Nuke cinta Yayang..", katanya sambil mencium bibirku lembut. Inilah yang kutunggu, aku membalas pelukannya sambil mencium bibir sensualnya. Lama kelamaan ciuman kami semakin panas, lidah kami saling beradu penuh gairah, tanganku sudah tak tahan ingin meremas buah dadanya yang montok dan kencang itu. Kusandarkan dia di balik pintu, lalu aku memasukkan tanganku ke dalam bajunya, buah dadanya terasa empuk dan lembut saat kuremas meski putingnya sudah mengeras. Nuke tampak sangat menikmati permainan ini, matanya terpejam sambil sekali-kali mendesah nikmat. Ciumanku mulai turun ke leher jenjangnya, lidahku menyapu tiap jengkal lehernya, tampaknya dia sudah tak tahan lagi saat puting susunya kujilati sambil kugigit lembut, lalu roknya mulai kulepaskan perlahan, tanganku kini mulai meraba-raba gumpalan bulu halus tempiknya sambil terus menjilati susunya, jemariku terasa basah saat kugesek-gesekkan di luar tempiknya, lalu aku jongkok, salah satu kakinya kuangkat dan kusandarkan di bahuku agar aku lebih leluasa menciumi tempiknya, lidahku menyapu klitorisnya sambil sekali-kali kusedot gelambir tempiknya, kakinya terasa bergetar menahan geli nikmat rangsanganku. Cukup lama kurangsang tempiknya dengan mulut dan lidahku, sampai akhirnya tubuhnya bergetar hebat. "Oh.. Yayang.. Nuke hampir.." bibirnya makin mendesah nggak karuan dan tangannya makin menenggelamkan mukaku ke tempiknya. Lalu terasa banyak cairan kental yang hangat mengalir dan membasahi mulutku, cukup banyak yang tertelan di mulutku. Tampaknya dia mengalami orgasme hebat. Lalu aku berdiri sambil mengusap mulutku yang basah, Nuke menatapku sambil tersenyum nakal, tangannya melingkar manja di pinggangku, aku makin nafsu melihatnya lalu kugendong dia ke ranjangnya dan kurebahkan tubuhnya. Kulebarkan kedua kakinya lalu aku menindih tubuhnya, Nuke terlihat pasrah hingga membuatku makin bernafsu. Lalu sambil berciuman, kugoyang-goyangkan kontolku sambil kugesek-gesekkan di bibir tempiknya. Batang kontolku terasa basah dan geli, lalu kuarahkan kontolku ke lubang tempiknya, kusodok pelan-pelan. Terasa sulit untuk memasukinya karena lubangnya sangat sempit, aku terus menggoyang-goyangkan pantatku, terasa nikmat saat helm kontolku masuk ke dalamnya. "Achh.. Yayang, pelan-pelan.. Sakit yang.." Nuke menjerit tertahan menahan sakit saat kosodok-sodokkan kontolku lebih keras. Aku memperlambat gerakanku, akhirnya kontolku masuk ke dalam tempiknya sedikit demi sedikit. "Uhh.. Achh.." desahnya saat seluruh batang kontolku tenggelam, serasa seperti dipijat-pijat dan tersedot masuk ke dalam tempiknya. Aku makin bernafsu melihat raut wajahnya yang mempesona, keringatku menetes membasahi tubuhnya, makin lama makin cepat sodokan kontolku di dalam tempiknya, suara desahan kami makin keras di kamarnya, tak peduli ada yang mendengar. Kutindih dan kupeluk Nuke sambil kujilati telinganya. "Oh Yayang.. Nuke mau lagi.. Ahh..", rintihnya. "Aku juga Say..", balasku. Saat spermaku terasa menjalar di dalam urat kontolku, gerakanku semakin cepat, akhirnya kami berdua mengalami orgasme bersamaan, spermaku muncrat memenuhi tempiknya, pelukanku makin erat, gerakanku makin melambat, tapi tangan Nuke terus mendorong pantatku agar aku terus bergerak.. "Terus.. Nuke hampir.." Lalu saat sodokanku kembali kupercepat, Nuke semakin keras meremas pantatku, pahanya makin erat menjepit pinggangku. "Achh.. Achh..", desahnya saat dia mengalami orgasme kedua kalinya, terasa banyak cairan hangat membasahi kontolku, lalu gerakanku berhenti. Kupeluk terus dia sambil mencium keningnya, kontolku masih tertanam di tempiknya sampai mengecil dengan sendirinya. Kemudian kulepas perlahan, terasa geli sekali dan kulihat ranjangnya telah basah oleh cairan kami berdua. Dan terlihat ada noda merah darah di ranjang itu, kutatap wajahnya, tak ada raut penyesalan di sana. "Nuke udah nggak perawan lagi Yang.. Jangan tinggalin Nuke ya..", pintanya padaku. "Nggak mungkin aku tinggalin kamu Say, aku cinta kau..", batinku. Lalu kami berdua tidur sambil berpelukan, aku bermimpi indah sampai pagi tiba.. Tak terasa matahari sudah terbit, hari sudah mulai siang, dan kulihat Nuke masih tidur pulas di sampingku sambil memelukku. Wajahnya tampak mempesona dan cantik sekali pagi itu. Aku sangat beruntung bisa memilikinya. Lalu kukecup lembut keningnya. Aku tak mau membangunkannya, jadi kutunggu saja sampai dia terbangun. Akhirnya tidak berapa lama Nuke terbangun dan menggeliat, kemudian dia menatapku. "Met pagi Say..", katanya manja sambil menciumku. "Ihh bauu.. Sana mandi dulu..", jawabku bercanda. "Gak mau kalau nggak Yayang mandiin", balasnya genit. Lalu kugendong dia ke kamar mandi di dalam kamarnya. Lalu kami berdua mandi bersama. Saat kusiram tubuhnya dengan air dingin, Nuke tampak menggigil dan memelukku lagi. "Yayang.. Dingin nih.. Ntar aja mandinya ya..", pintanya manja. Lalu dia mulai merangsangku lagi, puting susuku dijilati dan tangannya mulai nakal meremas kontolku yang masih tidur. Lidahnya berputar-putar mengelilingi puting susuku, rasanya benar-benar nikmat sekali. Makin lama kontolku mulai tegak lagi karena tak tahan menahan rangsangannya. Ketika tanganku ingin meremas buah dadanya, Nuke langsung menepisnya.. "Nggak boleh.. Aku mau puasin Yayang dulu..". katanya. Lalu ciumannya perlahan mulai turun ke perut dan pinggangku, benar-benar geli dan nikmat sekali. Aku cuma bersandar di dinding menikmati rangsangannya. Lama kelamaan bibirnya mulai turun kearah kontolku, perlahan dijilatinya mulai pangkal sampai helmnya. Aku benar-benar dimanja oleh sentuhannya yang begitu lembut. Sekali-kali matanya menatapku nakal, aku benar-benar tak tahan dibuatnya. Kontolku terus dikulum sambil dikocok perlahan. "Ahh udah say.. Sini gantian..", bisikku lirih. Lalu kubalikkan badannya membelakangiku dan aku jongkok di belakangnya, langsung saja kujilati vaginanya, baunya begitu harum khas wanita, kujilati perlahan sambil sesekali lidahku masuk ke dalamnya. Nuke mulai mendesah.. "Oh.. Yayang..", aku semakin bersemangat merangsang klitorisnya, tanganku juga meremas pantatnya yang membulat bersih. Lalu jilatanku mulai naik ke lubang pantatnya.. "Ihh geli Yang..", desahnya sambil tertawa kecil, jemariku kini mulai kumasukkan ke dalam vaginanya dan kuputar perlahan sehingga menimbulkan sensasi pada tubuhnya. Getaran kakinya mulai terasa dan desahnya mulai tidak karuan. "Oohh.. Achh", lalu aku berdiri dan kontolku kini mulai kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Kumasukkan perlahan dan kugoyangkan pelan-pelan, kami sangat menikmati permainan yang lembut ini. Akhirnya kontolku benar-benar terbenam seluruhnya di dalam vaginanya, tanganku terus meremas-remas pantatnya. Nukepun juga ikut bergerak maju mundur seirama dengan gerakanku. Lalu saat gerakan kupercepat, Nuke tampak sudah tak tahan menghadapi gempuranku, tubuhnya mulai bergetar dan desahnya makin keras di dalam kamar mandi. Orgasmenya mulai mengalir membasahi kontolku, begitu basah dan hangat terasa, lalu kurasakan spermaku mulai mengalir di dalam batang kontolku dan gerakanku makin cepat menyodok tempiknya. Akhirnya sperma telah berada di ujung kontolku dan ketika akan kutarik keluar, Nuke menahannya.. "Yayang, dikeluarin di dalam saja.." Akhirnya aku tak jadi menarik kontolku dan melanjutkan sodokanku, lalu spermaku muncrat membasahi vaginanya. Mataku terpejam menikmati orgasme yang begitu hebat itu. Akhirnya saat permainan telah selesai, kupeluk dan kukecup lembut keningnya, lalu kami berdua meneruskan mandi sambil saling membasuh tubuh dan bercanda. 

Buah Dada Gadis Salon



Sepulang kantor, tubuhku menjadi tambah penat sehabis mengerjai Lia tadi. Kuparkir Mercy kesayanganku di sebuah mall yang terletak tak jauh dari kantorku. Kubergegas menuju sebuah salon dengan dekorasi yang didominasi warna merah itu. �Mau diapain Pak� tanya resepsionis yang cantik. Kulihat namanya yang terpampang di dada. Anggi, namanya. �Creambath sama refleksi� jawabku. �Mari dicuci dulu Pak� Anggi menyilahkanku ke tempat cuci. Tak lama pegawai salon yang akan merawat rambutkupun datang. Kuperhatikan dia tampak masih ABG. Dengan tubuh yang kecil dan kulit sawo matang tapi bersih, wajahnya pun tampak manis dan imut. Walaupun tak secantik Lia, tapi wajahnya yang menyiratkan kemudaan dan keluguan itu menarik hatiku. Tapi yang paling menyedot perhatianku adalah buah dadanya yang besar untuk ukuran tubuhnya. Dengan tubuh yang mungil, buah dadanya tampak menonjol sekali dibalik seragamnya yang berwarna hitam itu. Perawatanpun dimulai. Pijatan Dian, nama gadis itu, mulai memberikan kenikmatan di tubuhku yang lelah. Tetapi tak kuduga setelah aku menyetubuhi Lia tadi, gairahku kembali timbul melihat Dian. Terutama karena buah dadanya yang tampak masih padat dan kenyal itu. Benar-benar sexy sekali dilihatnya, ditambah dengan celana jeansnya yang sedikit di bawah pinggang sesuai mode masa kini, sehingga terkadang perutnya tampak ketika dia memijat bagian atas kepalaku. Setelah creambath, Dianpun yang memberikan layanan refleksi. Karena tempat dudukku lebih tinggi darinya, kadang ketika dia agak menunduk, aku dapat melihat belahan dadanya dari balik T-shirtnya yang kancingnya sengaja dibuka. Begitu indah pemandangan itu. Semenjak aku menikmati Tari, gadis SMP dulu, belum pernah aku menikmati ABG belasan tahun lagi. Terlebih dulu Tari berdada kecil, sementara aku ingin mencoba ABG berdada besar seperti Dian ini. Akupun mengajaknya mengobrol. Ternyata dia baru lulus SMA dan berusia 18 tahun lebih sedikit. Mau melanjutkan sekolah tidak ada biaya, dan belum mendapatkan kerja yang sesuai. Dia bekerja di salon tersebut sambil mencari-cari kerja yang lain yang lebih baik. Singkat kata, aku tawarkan dia untuk melamar di perusahaanku. Tampak dia berseri-seri mendengarnya. Aku sarankan sehabis jam kerjanya kita dapat mengobrol lebih jauh lagi mengenai pekerjaan itu. Diapun setuju untuk menemuiku di food court selepas pulang kerja nanti. Jam 8.00 malam, Dian menemuiku yang menunggunya di tempat yang telah disepakati itu. Kupesan makan malam sambil kita berbincang-bincang mengenai prospeknya untuk bekerja di perusahaanku. Kuminta dia mengirimkan surat lamaran serta ijazahnya secepatnya untuk diproses. Kubilang ada lowongan sebagai resepsionis di kantorku. Memang cuma ada Noni resepsionis di kantorku, sehingga aku merasa perlu untuk menambah satu lagi. Setidaknya itulah pikiranku yang sudah diseliputi hawa nafsu melihat kemolekan tubuh muda Dian. Sambil berbincang, mataku terus mengagumi buah dadanya yang tampak sekal menggiurkan itu. Ingin rasanya cepat-cepat kujilat dan kuhisap sepuas hati. Dian tampak menyadari aku menatap dadanya, dan dia tampak tersipu malu sambil berusaha menutup celah T-shirtnya. Sehabis makan malam, aku tawarkan untuk mengantarnya pulang. Sambil meneruskan wawancara, alasanku. Dianpun tidak menolak mengingat dia sudah ingin sekali pindah tempat kerja. Terlebih penampilanku membuatnya semakin yakin. Di dalam mobil, dalam perjalanan, kuteruskan perbincanganku mengenai job description seorang resepsionis di kantorku. Sambil berbincang kucoba meraba pahanya yang terbungkus jeans ketat. Sesekali tangannya menolak rabaan tanganku. �Jangan Pak.. malu� alasannya. Sementara itu, nafsuku sudah begitu menggelora dan motel jam-jaman langganankupun sudah hampir tampak. �Dian.. Terus terang saja.. Kamu memenuhi semua persyaratan.. Hanya saja kamu harus bisa melayani aku luar dalam untuk bekerja di perusahaanku.� tegasku sambil kembali mengerayangi pahanya. Kali ini tidak ada penolakkan darinya. �Tapi Pak.. Dian nggak biasa..� �Yach kamu mulai sekarang harus membiasakan diri ya..� kataku sambil meremas pahanya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku membelokkan setir Mercyku ke pintu masuk motel langgananku itu. Mobilku langsung masuk ke dalam garasi yang telah dibuka oleh petugas, dan pintu garasi langsung ditutup begitu mobilku telah berada di dalam. Kuajak Dian turun dan kamipun masuk ke dalam kamar. Kamar motel tersebut lumayan bagus dengan kaca yang menutupi dindingnya. Tak lama, petugas motel datang dan akupun membayar rate untuk 6 jam. Setelah si petugas pergi, kuajak Dian untuk duduk di ranjang. Dengan ragu-ragu dia patuhi perintahku sambil dengan gugup tangannya meremas-remas sapu tangannya. Kusibakkan rambutnya yang ikal sebahu dengan penuh kasih sayang, dan mulai kuciumi wajah calon resepsionisku ini. Kemudian kuciumi bibirnya yang agak sedikit tebal dan sensual itu. Tampak dia hanya bereaksi sedikit sambil menutup matanya. Hanya nafasnya yang mulai memberat.. Kurebahkan tubuhnya di atas ranjang, dan langsung tanganku dengan gemas merabai dan meremasi buah dadanya yang ranum itu. Aku sangat gemas sekali melihat seorang ABG bisa mempunyai buah dada seseksi ini. Kuangkat T-shirtnya, dan langsung kujilati buah dadanya yang masih tertutup BH ini. Kuciumi belahan dadanya yang membusung. Ahh.. Seksi sekali anak ini. Dia masih tetap menutup matanya sambil terus meremas-remas sapu tangan dan seprei ranjang ketika aku mulai menikmati buah dadanya. Kubuka pengait BHnya yang tampak kekecilan untuk ukuran buah dadanya, dan langsung kuhisap dan kujilati buah dada gadis salon ini. �Eh.. Eh..� hanya erangan tertahan yang keluar dari mulutnya. Dian tampak menggigit bibirnya sendiri sambil mengerang ketika lidahku menari di atas putingnya yang berwarna coklat. Dengan cepat puting itu mengeras pertanda siempunya sedang terangsang hebat. Segara kulucuti semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat. Kemaluanku telah tegak ingin merasakan nikmatnya tubuh gadis muda ini. Akupun duduk di atas dadanya dan kuarahkan kemaluanku ke mulutnya. �Jangan Pak.. Dian belum pernah..� katanya sambil menutup bibirnya rapat. �Ya kamu harus mulai belajar donk..� jawabku sambil menyentuhkan kemaluanku, yang panjangnya hampir sama dengan panjang wajahnya itu, ke seluruh permukaan wajahnya. �Katanya mau jadi pegawai kantoran..� aku mengigatkan. �Tapi nggak akan muat Pak.. Besar sekali� �Ya kamu coba aja sedikit demi sedikit. Dimulai dari ujungnya dulu ya sayang..� perintahku lagi. Dianpun mulai membuka mulutnya. Kusodorkan kemaluanku dan sedikit demi sedikit rasa hangat yang nikmat menjalari kemaluanku itu, ketika Dian mulai menghisapnya. Kuangkat kepalanya sedikit sehingga dia lebih leluasa menghisapi kemaluan calon bosnya ini. �Ya.. Begitu.. Sekarang coba lebih dalam lagi� kataku sambil mendorong kemaluanku lebih jauh ke dalam mulutnya. Kemudian kutarik keluar kemaluanku dan kuarahkan mulut gadis ABG ini ke buah zakarku. �Sekarang kamu jilat dan hisap ini ya.. Sayang� Dianpun menurut. Dijilatinya dan kemudian dihisapnya buah zakarku satu per satu. Demikian selama beberapa menit aku duduk di atas dada Dian dan mengajarinya memberikan kenikmatan dengan menggunakan mulutnya. Mulutnya tampak penuh sesak ketika ia menghisapi kemaluanku. Setelah puas menikmati hangatnya mulut Dian, aku kembali gemas melihat buah dadanya yang membusung itu. Kembali kunikmati buah dadanya dengan mulutku. Kembali Dian mengerang tertahan sambil mengatupkan bibirnya. Sementara itu, akupun melucuti celana jeansnya dan sekalian celana dalamnya. Tampak vaginanya yang bersih tak berbulu seperti menantang untuk digenjot kemaluanku. Tanganku meraba-raba vaginanya dan tak lama menemukan klitorisnya. Kuusap-usap klitorisnya itu, sementara mulutku kembali dengan gemas menikmati buah dadanya yang besar menantang. Terdengar dengusan nafas Dian semakin dalam dan cepat. Matanya masih menutup demikian juga dengan bibirnya. Tangannya tampak semakin keras meremas sprei ranjang kamar. Aku sudah ingin menyetubuhi gadis petugas creambath ini. Kurenggangkan pahanya sementara kuarahkan kemaluanku ke liang nikmatnya. �Pelan-pelan ya Pak..� pintanya sambil membuka mata. Tak kujawab, tapi mulai kudorong kemaluanku menerobos liang vaginanya. Memang dia sudah tidak perawan lagi, tetapi vaginanya masih sempit menjepit kemaluanku. �Ahh..� jeritnya ketika kemaluanku telah menerobos vaginanya. Tak kuasa lagi dia untuk menahan jeritan nikmatnya. Mulai kugenjot vaginanya, sambil kuremas-remas buah dadanya. Makin keras erangan Dian memenuhi ruangan itu. �Ahh.. Ahh..� erangnya seirama dengan goyanganku. Buah dadanya bergoyang menggiurkan ketika aku memompa vaginanya. Sesekali kuhentikan goyanganku untuk kembali menghisapi buah dadanya yang besar dengan gemas. Hampir 20 menit terus kupompa gadis manis pegawai salon ini. Tiba-tiba dia mengerang dan mengejang hebat tanda orgasme. Tampak butir keringat mengalir membasahi wajahnya yang manis. Kuseka keringatnya dengan penuh kasih sayang. Kemudian kunaiki kembali tubuhnya dan kali ini kuletakkan kemaluanku diantara buah dadanya yang kenyal itu. Tanganku merapatkan buah dadanya, sehingga kemaluanku terjepit diantaranya. Nikmat sekali rasanya dijepit buah dada gadis ABG semanis dia. Mulai kugoyangkan badanku maju mundur sehingga buah dadanya yang kenyal menggesek-gesek kemaluanku dengan nikmat. Kadang kulepaskan kemaluanku dari himpitan buah dadanya untuk kemudian kusorongkan ke mulutnya untuk dihisap. Kemudian kembali kujepitkan diantara buah dadanya yang ranum itu. Kira-kira 15 menit lamanya kemaluanku menikmati kenyalnya buah dada dan hangatnya mulut Dian. Akupun merasa akan orgasme, dan tak lama kusemburkan cairan ejakulasiku di atas buah dada Dian. Dengan kemaluanku, kuoleskan spermaku keseluruh permukaan buah dadanya yang sangat membuatku gemas itu. �Pak.. Jangan bohong lho janji Bapak..� ujar Dian saat kami telah meluncur kembali di dalam mobilku. �Oh nggak, sayang.. Cepat saja kamu kirim lamarannya ya� jawabku. Dianpun tersenyum senang mendengarnya. Terbayang olehnya kerja di kantor yang merupakan cita-citanya. Akupun tersenyum senang membayangkan buah dada Dian yang akan dapat aku nikmati sepuasnya nanti. Kuturunkan Dian dipinggir jalan sambil kuberi uang untuk ongkos taksi. �Terimakasih ya Pak Robert� katanya ketika dia turun dari mobilku. �Sama-sama Dian� jawabku sambil melambaikan tangan. Kukebut mobilku menuju jalan tol. Hari telah larut malam. Jalanan telah menjadi lenggang. Ingin rasanya cepat sampai di apartemanku setelah hari yang melelahkan ini. Tiba-tiba aku sadar kalau aku belum mentest secara seksama kemampuan Dian untuk menjadi resepsionis. Interpersonal skill, bahasa Inggris, telephone manner, dan lain-lain. Rupanya aku hanya terbuai oleh buah dadanya yang nikmat itu. Biarlah nanti bagian HRD yang mentestnya, pikirku. Kalau lulus ya diterima, kalau nggak ya nggak apa-apa. Toh aku sudah puas menikmati buah dadanya he.. He.. Kubuka jendela untuk membayar tol. Setelah membayar, langsung aku tancap gas melintasi kota Jakarta di waktu malam. Lagu �Breakin� Away�nya Al Jarreau mengisi sepinya suasana dalam mobilku. 

Birahi Adik Ipar



�Masak apa Yen?� kataku sedikit mengejutkan adik iparku, yang saat itu sedang berdiri sambil memotong-motong tempe kesukaanku di meja dapur. �Ngagetin aja sih, hampir aja kena tangan nih,� katanya sambil menunjuk ibu jarinya dengan pisau yang dipegangnya. �Tapi nggak sampe keiris kan?� tanyaku menggoda. �Mbak Ratri mana Mas, kok nggak sama-sama pulangnya?� tanyanya tanpa menolehku. �Dia lembur, nanti aku jemput lepas magrib,� jawabku. �Kamu nggak ke kampus?� aku balik bertanya. �Tadi sebentar, tapi nggak jadi kuliah. Jadinya pulang cepat.� �Aauww,� teriak Yeyen tiba-tiba sambil memegangi salah satu jarinya. Aku langsung menghampirinya, dan kulihat memang ada darah menetes dari jari telunjuk kirinya. �Sini aku bersihin,� kataku sambil membungkusnya dengan serbet yang aku raih begitu saja dari atas meja makan. Yeyen nampak meringis saat aku menetesinya dengan Betadine, walau lukanya hanya luka irisan kecil saja sebenarnya. Beberapa saat aku menetesi jarinya itu sambil kubersihkan sisa-sisa darahnya. Yeyen nampak terlihat canggung saat tanganku terus membelai-belai jarinya. �Udah ah Mas,� katanya berusaha menarik jarinya dari genggamanku. Aku pura-pura tak mendengar, dam masih terus mengusapi jarinya dengan tanganku. Aku kemudian membimbing dia untuk duduk di kursi meja makan, sambil tanganku tak melepaskan tangannya. Sedangkan aku berdiri persis di sampingnya. �Udah nggak apa-apa kok Mas, Makasih ya,� katanya sambil menarik tangannya dari genggamanku. Kali ini ia berhasil melepaskannya. �Makanya jangan ngelamun dong. Kamu lagi inget Ma si Novan ya?� godaku sambil menepuk-nepuk lembut pundaknya. �Yee, nggak ada hubungannya, tau,� jawabnya cepat sambil mencubit punggung lenganku yang masih berada dipundaknya. Kami memang akrab, karena umurku dengan dia hanya terpaut 4 tahun saja. Aku saat ini 27 tahun, istriku yang juga kakak dia 25 tahun, sedangkan adik iparku ini 23 tahun. �Mas boleh tanya nggak. Kalo cowok udah deket Ma temen cewek barunya, lupa nggak sih Ma pacarnya sendiri?� tanyanya tiba-tiba sambil menengadahkan mukanya ke arahku yang masih berdiri sejak tadi. Sambil tanganku tetap meminjat-mijat pelan pundaknya, aku hanya menjawab, �Tergantung.� �Tergantung apa Mas?� desaknya seperti penasaran. �Tergantung, kalo si cowok ngerasa temen barunya itu lebih cantik dari pacarnya, ya bisa aja dia lupa Ma pacarnya,� jawabku sekenanya sambil terkekeh. �Kalo Mas sendiri gimana? Umpamanya gini, Mas punya temen cewek baru, trus tu cewek ternyata lebih cantik dari pacar Mas. Mas bisa lupa nggak Ma cewek Mas?� tanya dia. �Hehe,� aku hanya ketawa kecil aja mendengar pertanyaan itu. �Yee, malah ketawa sih,� katanya sedikit cemberut. �Ya bisa aja dong. Buktinya sekarang aku deket Ma kamu, aku lupa deh kalo aku udah punya istri,� jawabku lagi sambil tertawa. �Hah, awas lho ya. Ntar Yeyen bilangan lho Ma Mbak Ratri,� katanya sambil menahan tawa. �Gih bilangin aja, emang kamu lebih cantik dari Mbak kamu kok,� kataku terbahak, sambil tanganku mengelus-ngelus kepalanya. �Huu, Mas nih ditanya serius malah becanda.� �Lho, aku emang serius kok Yen,� kataku sedikit berpura-pura serius. Kini belaian tanganku di rambutnya, sudah berubah sedikit menjadi semacam remasan-remasan gemas. Dia tiba-tiba berdiri. �Yeyen mo lanjutin masak lagi nih Mas. Makasih ya dah diobatin,� katanya. Aku hanya membiarkan saja dia pergi ke arah dapur kembali. Lama aku pandangi dia dari belakang, sungguh cantik dan sintal banget body dia. Begitu pikirku saat itu. Aku mendekati dia, kali ini berpura-pura ingin membantu dia. �Sini biar aku bantu,� kataku sambil meraih beberapa lembar tempe dari tangannya. Yeyen seolah tak mau dibantu, ia berusaha tak melepaskan tempe dari tangannya. �Udah ah, nggak usah Mas,� katanya sambil menarik tempe yang sudah aku pegang sebagian. Saat itu, tanpa kami sadari ternyata cukup lama tangan kami saling menggenggam. Yeyen nampak ragu untuk menarik tangannya dari genggamanku. Aku melihat mata dia, dan tanpa sengaja pandangan kami saling bertabrakan. Lama kami saling berpandangan. Perlahan mukaku kudekatkan ke muka dia. Dia seperti kaget dengan tingkahku kali ini, tetapi tak berusaha sedikit pun menghindar. Kuraih kepala dia, dan kutarik sedikit agar lebih mendekat ke mukaku. Hanya hitungan detik saja, kini bibiku sudah menyentuh bibirnya. �Maafin aku Yen,� bisiku sambil terus berusaha mengulum bibir adik iparku ini. Yeyen tak menjawab, tak juga memberi respon atas ciumanku itu. Kucoba terus melumati bibir tipisnya, tetapi ia belum memberikan respon juga. Tanganku masih tetap memegang bagian belakang kepala dia, sambil kutekankan agar mukanya semakin rapat saja dengan mukaku. Sementara tangaku yang satu, kini mulai kulingkarkan ke pinggulnya dan kupeluk dia. �Sshh,� Yeyen seperti mulai terbuai dengan jilatan demi jilatan lidahku yang terus menyentuh dan menciumi bibirnya. Seperti tanpa ia sadari, kini tangan Yeyen pun sudah melingkar di pinggulku. Dan lumatanku pun sudah mulai direspon olehnya, walau masih ragu-ragu. �Sshh,� dia mendesah lagi. Mendengar itu, bibirku semakin ganas saja menjilati bibir Yeyen. Perlahan tapi pasti, kini dia pun mulai mengimbangi ciumanku itu. Sementara tangaku dengan liar meremas-remas rambutnya, dan yang satunya mulai meremas-remas pantat sintal adik iparku itu. �Aahh, mass,� kembali dia mendesah. Mendengar desahan Yeyen, aku seperti semakin gila saja melumati dan sesekali menarik dan sesekali mengisap-isap lidahnya. Yeyen semakin terlihat mulai terangsang oleh ciumanku. Ia sesekali terlihat menggelinjang sambil sesekali juga terdengar mendesah. �Mas, udah ya Mas,� katanya sambil berusaha menarik wajahnya sedikit menjauh dari wajahku. Aku menghentikan ciumanku. Kuraih kedua tangannya dan kubimbing untuk melingkarkannya di leherku. Yeyen tak menolak, dengan sangat ragu-ragu sekali ia melingkarkannya di leherku. �Yeyen takut Mas,� bisiknya tak jauh dari ditelingaku. �Takut kenapa, Yen?� kataku setengah berbisik. �Yeyen nggak mau nyakitin hati Mbak Ratri Mas,� katanya lebih pelan. Aku pandangi mata dia, ada keseriusan ketika ia mengatakan kalimat terakhir itu. Tapi, sepertinya aku tak lagi memperdulikan apa yang dia takutkan itu. Kuraih dagunya, dan kudekatkan lagi bibirku ke bibirnya. Yeyen dengan masih menatapku tajam, tak berusaha berontak ketika bibir kami mulai bersentuhan kembali. Kucium kembali dia, dan dia pun perlahan-lahan mulai membalas ciumanku itu. Tanganku mulai meremas-remas kembali rambutnya. Bahkan, kini semakin turun dan terus turun hingga berhenti persis di bagian pantatnya. Pantanya hanya terbalut celana pendek tipis saja saat aku mulai meremas-remasnya dengan nakal. �Aahh, Mas,� desahnya. Mendengar desahannya, tanganku semakin liar saja memainkan pantat adik iparku itu. Sementara tangaku yang satunya, masih berusaha mencari-cari payudaranya dari balik kaos oblongnya. Ah, akhirnya kudapati juga buah dadanya yang mulai mengeras itu. Dengan posisi kami berdiri seperti itu, batang penisku yang sudah menegang dari tadi ini, dengan mudah kugesek-gesekan persis di mulut vaginanya. Kendati masih sama-sama terhalangi oleh celana kami masing-masing, tetapi Yeyen sepertinya dapat merasakan sekali tegangnya batang kemaluanku itu. �Aaooww Mas,� ia hanya berujar seperti itu ketika semakin kuliarkan gerakan penisku persis di bagian vaginanya. Tanganku kini sudah memegang bagian belakang celana pendeknya, dan perlahan-lahan mulai kuberanikan diri untuk mencoba merosotkannya. Yeyen sepertinya tak protes ketika celana yang ia kenakan semakin kulorotkan. Otakku semakin ngeres saja ketika seluruh celananya sudah merosot semuanya di lantai. Ia berusaha menaikan salah satu kakinya untuk melepaskan lingkar celananya yang masih menempel di pergelangan kakinya. Sementara itu, kami masih terus berpagutan seperti tak mau melepaskan bibir kami masing-masing. Dengan posisi Yeyen sudah tak bercelana lagi, gerakan-gerakan tanganku di bagian pantatnya semakin kuliarkan saja. Ia sesekali menggelinjang saat tanganku meremas-remasnya. Untuk mempercepat rangsangannya, aku raih salah satu tanganya untuk memegang batang zakarku kendati masih terhalang oleh celana jeansku. Perlahan tangannya terus kubimbing untuk membukakan kancing dan kemudian menurunkan resleting celanaku. Aku sedikit membantu untuk mempermudah gerakan tangannya. Beberapa saat kemudian, tangannya mulai merosotkan celanaku. Dan oleh tanganku sendiri, kupercepat melepaskan celana yang kupakai, sekaligus celana dalamnya. Kini, masih dalam posisi berdiri, kami sudah tak lagi memakai celana. Hanya kemejaku yang menutupi bagian atas badanku, dan bagian atas tubuh Yeyen pun masih tertutupi oleh kaosnya. Kami memang tak membuka itu. Tanganku kembali membimbing tangan Yeyen agar memegangi batang zakarku yang sudah menegang itu. Kini, dengan leluasa Yeyen mulai memainkan batang zakarku dan mulai mengocok-ngocoknya perlahan. Ada semacam tegangan tingi yang kurasakan saat ia mengocok dan sesekali meremas-remas biji pelerku itu. �Oohh,� tanpa sadar aku mengerang karena nikmatnya diremas-remas seperti itu. �Mas, udah Mas. Yeyen takut Mas,� katanya sambil sedikit merenggangkan genggamannya di batang kemaluanku yang sudah sangat menegang itu. �Aahh,� tapi tiba-tiba dia mengerang sejadinya saat salah satu jariku menyentuh klitorisnya. Lubang vagina Yeyen sudah sangat basah saat itu. Aku seperti sudah kerasukan setan, dengan liar kukeluar-masukan salah satu jariku di lubang vaginanya. �Aaooww, mass, een, naakk..� katanya mulai meracau. Mendengar itu, birahiku semakin tak terkendali saja. Perlahan kuraih batang kemaluanku dari genggamannya, dan kuarahkan sedikit demi sedikit ke lubang kemaluan Yeyen yang sudah sangat basah. �Aaoww, aaouuww,� erangnya panjang saat kepala penisku kusentuh-sentukan persis di klitorisnya. �Please, jangan dimasukin Mas,� pinta Yeyen, saat aku mencoba mendorong batang zakarku ke vaginanya. �Nggak Papa Yen, sebentaar aja,� pintaku sedikit berbisik ditelinganya. �Yeyen takut Mas,� katanya berbisik sambil tak sedikit pun ia berusaha menjauhkan vaginanya dari kepala kontolku yang sudah berada persis di mulut guanya. Tangan kiri Yeyen mulai meremas-remas pantatku, Sementara tangan kanannya seperti tak mau lepas dari batang kemaluanku itu. Untuk sekedar membuatnya sedikit tenang, aku sengaja tak langsung memasukan batang kemaluanku. Aku hanya meminta ia memegangi saja. �Pegang aja Yen,� kataku pelan. Yeyen yang saat itu sebenarnya sudah terlihat bernafsu sekali, hanya mengangguk pelan sambil menatapku tajam. Remasan demi remasan jemari yeyen di batang zakarku, dan sesekali di buah zakarnya, membuatku kelojotan. �Aku udah gak tahan banget Yen,� bisikku pelan. �Yeyen takut banget Mas,� katanya sambil mengocok-ngocok lembut kemaluanku itu. �Aahh,� aku hanya menjawabnya dengan erangan karena nikmatnya dikocok-kocok oleh tangan lembut adik iparku itu. Kembali kami saling berciuman, sementara tangan kami sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Saat bersamaan dengan ciuman kami yang semakin memanas, aku mencoba kembali untuk mengarahkan kepala kontolku ke lubang vaginanya. Saat ini, Yeyen tak berontak lagi. Kutekan pantat dia agar semakin maju, dan saat bersamaan juga, tangan Yeyen yang sedang meremas-remas pantatku perlahan-lahan mulai mendorongnya maju pantatku. �Kita sambil duduk, sayang,� ajaku sambil membimbing dia ke kursi meja makan tadi. Aku mengambil posisi duduk sambil merapatkan kedua pahaku. Sementara Yeyen kududukan di atas kedua pahaku dengan posisi pahanya mengangkang. Sambil kutarik agar dia benar-benar duduk di pahaku, tanganku kembali mengarahkan batang kemaluanku yang posisinya tegak berdiri itu agar pas dengan lubang vagina Yeyen. Ia sepertinya mengerti dengan maksudku, dengan lembut ia memegang batang kemaluanku sambil berupaya mengepaskan posisi lubang vaginanya dengan batang kemaluanku. Dan bless, perlahan-lahan batang kemaluanku menusuk lubang vagina Yeyen. �Aahh, aaooww, mass,� Yeyen mengerang sambil kelojotan badannya. Kutekan pinggulnya agar dia benar-benar menekan pantatnya. Dengan demikian, batang kontolku pun akan melesak semuanya masuk ke lubang vaginanya. �Yeenn,� kataku. �Aooww, ter, russ mass.., aahh..� pantatnya terus memutar seperti inul sedang ngebor. �Ohh, nik, nikmat banget mass..� katanya lagi sambil bibirnya melumati mukaku. Hampir seluruh bagian mukanku saat itu ia jilati. Untuk mengimbangi dia, aku pun menjilati dan mengisap-isap puting susunya. Darahku semakin mendidih rasanya saat pantatnya terus memutar-mutar mengimbangi gerakan naik-turun pantatku. �Mass, Yee, Yeeyeen mau,� katanya terputus. Aku semakin kencang menaik-turunkan gerakan pantatku. �Aaooww mass, please mass� erangnya semakin tak karuan. �Yee, Yeyeen mauu, kee, kkeeluaarr mass,� ia semakin meracau. Namun tiba-tiba, �Krriingg..� �Aaooww, Mas ada yang datang Mas..� bisik Yeyen sambil tanpa hentinya mengoyang-goyangkan pantatnya. �Yenn,� suara seseorang memanggil dari luar. �Cepetan buka Yen, aku kebelet nih,� suara itu lagi, yang tak lain adalah suara Ratri kakaknya sekaligus istriku. �Hah, Mbak Ratri Mas,� katanya terperanjat. Yeyen seperti tersambar petir, ia langsung pucat dan berdiri melompat meraih celana dalam dan celana pendeknya yang tercecer di lantai dapur. Sementara aku tak lagi bisa berkata apa-apa, selain secepatnya meraih celana dan memakainya. Sementara itu suara bel dan teriakan istriku terus memanggil. �Yeenn, tolong dong cepet buka pintunya. Mbak pengen ke air nih,� teriak istriku dari luar sana. Yeyen yang terlihat panik sekali, buru-buru memakai kembali celananya, sambil berteriak, �Sebentarr, sebentar Mbak..� �Mas buruan dipake celananya,� Yeyen masih sempet menolehku dan mengingatkanku untuk secepatnya memakai celana. Ia terus berlari ke arah pintu depan, setelah dipastikan semuanya beres, ia membuka pintu. Aku buru-buru berlari ke arah ruang televisi dan langsung merebahkan badan di karpet agar terlihat seolah-olah sedang ketiduran. �Gila,� pikirku. �Huu, lama banget sih buka pintunya? Orang dah kebelet kayak gini,� gerutu istriku kepada Yeyen sambil terus menyelong ke kamar mandi. �Iya sori, aku ketiduran Mbak,� kata Yeyen begitu istriku sudah keluar dari kamar mandi. �Haa, leganyaa,� katanya sambil meraih gelas dan meminum air yang disodorkan oleh adiknya. �Mas Jeje mana Yen?� �Tuh ketiduran dari tadi pulang ngantor di situ,� kata Yeyen sambil menunjuk aku yang sedang berpura-pura tidur di karpet depan televisi. �Ya ampun, Mas kok belum ganti baju sih?� kata istriku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku dengan maksud membangunkan. �Pindah ke kamar gih Mas,� katanya lagi. Aku berpura-pura ngucek-ngucek mata, agar kelihatan baru bangun beneran. Aku tak langsung masuk kamar, tapi menyolong ke dapur mengambil air minum. �Lho katanya pulang ntar abis magrib, kok baru jam setengah lima udah pulang? Kamu pulang pake apa?� tanyaku berbasa-basi pada istriku. �Nggak jadi rapatnya Mas. Pake taksi barusan,� jawab dia. �Lho, kamu lagi masak toh Yen? Kok belum kelar gini dah ditinggal tidur sih?� kata istriku kepada Yeyen setelah melihat irisan-irisan tempe berserakan di meja dapur. �Mana berantakan, lagi,� katanya lagi. �Iya tadi emang lagi mo masak. Tapi nggak tahan ngantuk. Jadi kutinggal tidur aja deh,� Yeyen berusaha menjawab sewajarnya sambil senyum-senyum. Sore itu, tanpa mengganti pakaiannya dulu, akhirnya istrikulah yang melanjutkan masak. Yeyen membantu seperlunya. Sementara itu, aku hanya cengar-cengir sendiri saja sambil duduk di kursi yang baru saja kupakai berdua dengan Yeyen bersetubuh, walau belum sempat mencapai puncaknya. �Waduh, kasihan Yeyen. Dia hampir aja sampai klimaksnya padahal barusan, eh keburu datang nih mbaknya,� kataku sambil nyengir melihat mereka berdua yang lagi masak. TAMAT 

Bila Pria Ditolak Cintanya



Miyori sebenarnya bukan gadis paling cantik yang pernah kukenal, tetapi entah mengapa, sejak pertama kali aku meninggalkan kedua orangtuaku di Tokyo untuk berkuliah di Kobe, Miyori seakan memberikan kepadaku rasa percaya diri baik bagi pribadiku maupun tugas-tugas akademisku. Satu hal yang kuketahui, Miyori telah memiliki seorang tunangan di Hiroshima, namanya Ito. Miyori dan tunangannya itu saling mengunjungi minimal tiga bulan sekali. Suatu kali, kami menyelesaikan tugas laboratorium jauh lebih awal daripada jadwal yang kita tetapkan. Setelah makan siang bersama, kami bersantai ria duduk di atas lantai sambil bersandaran ke dinding. Aku berkata, "Miyori-san, apakah anatawa menyadari bahwa Hiroshi memberikan perhatian khusus pada Miyori?" Miyori mengangguk pelan, dengan senyuman seolah ada sesuatu yang lucu. "Miyori-san... Hiroshi mengharapkan bila terjadi sesuatu di antara Miyori-san dan Ito-san, Hiroshi boleh menggantikan tempat Ito-san." "Hiroshi-san", kata Miyori, "Miyori menghargai perasaan Hiroshi pada Miyori. Bagaimanapun, Miyori sudah menambatkan hati pada pemuda lain..." Aku merasa hatiku hancur berantakan. Hari itu serasa menjadi neraka. Itulah saat pertama dalam hidupku aku menyatakan dan ditolak cinta. Miyori tahu persis perasaanku. Dipegangnya kedua tanganku sambil berkata, "Hiroshi-san, berjanjilah pada Miyori bahwa Hiroshi akan menjalin hubungan yang baik lagi dengan gadis yang lain!" Keesokan harinya, ketika kami belajar bersama lagi, aku membisikkan ke telinganya, "Miyori-san, Hiroshi senang sekali bisa membuat Miyori-san tertawa terpingkal-pingkal seperti kemarin itu." Miyori memandang ke arahku, tersenyum dan tertawa kecil, "Habis cerita kamu lucu sih..." "Sama seperti Michiko dulu waktu melihat tubuhku..." kataku pelan. Miyori menatap matanya ke arahku, terdiam. Tak lama kemudian ia berkata, "Apa yang Hiroshi lakukan bersama Michiko?" "Hiroshi memberitahu Michiko bahwa Hiroshi seorang pria..." jawabku lirih. "Kenapa? Apakah Hiroshi suka melakukan hal itu?" tanyanya lagi. "Tidak! Hiroshi memberitahukannya hanya kepada orang-orang yang Hiroshi cintai..." Miyori terdiam dan tersenyum lucu. Sambil mengembalikan perhatiannya pada buku di hadapannya, Miyori berkata lirih, "Asyik, dong?" Seperti tersumbat tulang aku mencoba berbicara lagi, "Asyik? Bolehkah Hiroshi memberitahu Miyori-san bahwa Hiroshi seorang pria?" Miyori hanya menggerakkan matanya yang kecil itu kepadaku, sebentar kemudian tersenyum simpul, setengah tertawa kecil mengatakan, "Boleh, asal gratis..." "Apa maksudnya gratis?" tanyaku berbasa-basi. "Maksudnya gratis ialah Miyori tidak memberikan sesuatu balik apapun pada Hiroshi..." Tak lama kemudian kami berada di dalam dormitory Miyori. Aku berkata, "Miyori, sebelum aku memberitahukan pada Miyori, bolehkah Hiroshi menyatakan sesuatu di telinga Miyori dan Miyori menjawabnya?" Miyori menjawab, "Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak memberikan sesuatu balik kepada Hiroshi!" Aku berkata lagi, "Tidak ada hubungannya dengan hal itu kok..." Miyori menganggukkan kepala sambil berkata, "Boleh..." Aku menghampiri Miyori yang berdiri terpaku di sana. Tanganku memegang kedua tangannya, dan mulutku kudekatkan pada telinganya. "Miyori-san, kalau Hiroshi melakukan hal ini pada Miyori-san, itu pertanda bahwa Hiroshi masih mencintai Miyori-san..." Miyori terdiam kaku, tidak mengatakan apa-apa. Aku meneruskan, "Ini saat pertama dalam hidup Hiroshi bahwa Hiroshi menyatakan diri sebagai seorang pria di hadapan gadis yang menolak cinta Hiroshi. Miyori seperti terkesiap mendengar itu semua. Mukanya merah, diam, tidak mengatakan sepatah katapun. Tak lama kemudian aku mengambil sebuah kursi, mendekatkannya ke tempat tidur, dan mensilakan Miyori duduk di situ. Aku merebahkan diriku ke tempat tidur, dan perlahan melepas sabukku. Tiba-tiba Miyori tertawa terpingkal-pingkal. "Miyori-san..." bisikku perlahan, "Sebentar lagi Miyori-san akan memahami tubuh seorang pria..." Tawa Miyori semakin meledak. Aku belum pernah melihat seorang wanita tertawa seperti itu. Aku ingin memastikan bahwa aku menikmati setiap detik dari derai tawa Miyori. Kelihatannya ini adalah saat pertama Miyori akan melihat dan akan memahami tubuh seorang pria, dan akulah pria itu. Aku sudah tidak sabar lagi melihat wajah Miyori merah padam dan tertawa terpingkal-pingkal melihat tubuhku. Sepertinya derai tawanya tak bisa dihentikan oleh apapun. Ia tak lagi mendengar ucapanku. Aku juga tak ingin mengecewakannya dengan memotong rasa gembiranya di tengah jalan, jadi kuturunkan pakaianku perlahan-lahan sampai rambut tubuhku terlihat. Sepertinya Miyori sudah tidak tahan lagi dengan gelak tawanya yang menjadi-jadi. Dipeganginya perutnya dan sesekali melihat ke arah lain. "Aduh... aku sudah tidak tahan lagi..." katanya memegangi perutnya yang mungkin sakit akibat tertawanya itu. Aku juga sudah tidak tahan lagi untuk berhenti. Dengan sekejap mata kulepas pakaian terakhirku dari kedua kakiku. Miyori semakin terpingkal-pingkal melihat tubuh priaku. Sebenarnya aku ingin mengajak tangannya membelainya lembut, tetapi tidak kulakukan karena satu tangannya memegangi perutnya dan tangan yang lain di depan mulutnya. Rupanya ia tanpa sengaja mengeluarkan banyak air ludah karena tertawanya itu. Aku membelai-belai tubuhku sendiri. Aku membisikkan kepadanya, "Miyori-san, ini tubuh Hiroshi..." Tak lama kemudian aku menarik nafas panjang, berbisik pada Miyori, "Miyori, perhatikan tubuh Hiroshi..." dan aku melepas jauh nafasku, memancarkan air kepriaanku dan mendesah panjang beberapa kali karena kenikmatan. Miyori semakin tertawa terpingkal-pingkal. Tak lama kemudian aku terbaring diam di sana. Miyori masih tertawa. Akhirnya aku mengambil handuk yang sudah disiapkan, membersihkan tubuhku, membalutnya, mengambil semua pakaianku dan berjalan ke kamar mandi membersihkan diri. Tawa Miyori sedikit mereda ketika aku selesai membersihkan diri dan berpakaian lengkap kembali. Miyori tertawa cekikikan waktu aku berkata, "Miyori, besok Hiroshi teruskan lagi. Kapan saja Miyori menginginkan untuk melihat tubuh Hiroshi, Hiroshi selalu bersedia..." Tak lama kemudian ia reda, dengan senyum panjang menungging di bibir, Miyori menyilakan aku pulang. Keesokan harinya aku kembali memperlihatkan tubuhku pada Miyori di tempat yang sama. Ia kembali tertawa terpingkal-pingkal dan cekikikan, tetapi tidak seperti tawanya pada saat pertama. Dibutuhkan tiga kali "pernyataan" sampai Miyori mengganti tawanya dengan senyumnya yang lebar, dan dua kali "pernyataan" lagi untuk mengganti senyumnya yang lebar itu dengan tatapan matanya yang mungil itu. Saat yang keenam, Miyori mengajak Ryu dan Ellin untuk melihat tubuhku, Ryu dan Ellin tertawa terpingkal-pingkal, tetapi Miyori hanya tersenyum lucu, dan sorotan matanya tidak lagi "menghunjam" tubuhku, tetapi menikmati gelak tawa Ryu dan Ellin. Miyori akhirnya menikah dengan pria lain, tetapi aku bisa memastikan bahwa pria itu bakal salah tingkah melihat Miyori yang sudah memahami tubuh seorang pria. 

Beli Mobil Bonus Kenikmatan



Namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan sekarang sedang kuliah di tingkat terakhir di sebuah PTS di Jakarta. Asalku dari Sukabumi, dimana aku menghabiskan masa anak-anak dan remajaku, sampai kemudian aku pindah ke Jakarta empat tahun yang lalu. Ekonomi keluargaku termasuk pas-pasan. Ayahku hanyalah seorang pensiunan pegawai bank pemerintah di Sukabumi. Sedangkan ibuku bekerja sebagai guru sebuah SMA negeri di sana. Aku tinggal di tempat kos di daerah Jakarta Barat. Karena uang kiriman orang tuaku kadang-kadang terlambat dan terkadang bahkan tidak ada kiriman sama sekali, untuk bertahan hidup, akupun menjadi guru privat anak-anak SMA. Memang aku beruntung dikaruniai otak yang lumayan encer. Akupun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian aku hanya makan supermie saja untuk mengganjal perutku. Aku pikir tidak mengapa, asal aku bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya, sehingga aku bisa lulus dan membanggakan kedua orang tuaku. Terkadang aku iri melihat teman-teman kuliahku. Mereka sering dugem, berpakaian bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll. Salah satu dari teman kuliahku bernama Monika. Dia seorang gadis cantik dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta. Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang aku heran, kok dia bisa tertarik padaku. Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid, mengejarnya. Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang kalau menurutnya aku orang yang baik, sopan dan pintar. Disamping itu, dia suka dengan wajahku yang katanya �cute�, dan perawakanku yang tinggi, tegap, kekar, dan berisi. Nggak percuma juga aku sering latihan karate, renang, bola, dan voli waktu di Sukabumi dulu. Monika dan aku telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini. Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran denganku. Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah. Sering orang tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil mereka jika kami akan pergi bersama. Tetapi aku memang mempunyai harga diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku ketinggian), sehingga aku selalu menolak. Kemana-mana aku selalu menggunakan motor bersama Monika. Monikapun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku. Saat makan atau nonton, aku selalu menolak bila dia akan mentraktirku. Aku bilang padanya sebagai laki-laki aku yang harus bayarin dia. Meskipun tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton di bioskop yang murah. Itupun aku lakukan kalau sedang punya uang. Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat kostku. Monika adalah gadis baik-baik. Aku sangat mencintainya. Sehingga dalam berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya berciuman dan paling jauh saling meraba. Memang benar kata orang, bila kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang tersebut. Monika pernah bilang padaku, kalau ia ingin mempertahankan keperawanannya sampai ia menikah nanti. Terlebih akupun waktu itu masih perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend pergaulan anak muda Jakarta sekarang. Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Saat itu aku ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku. Aku tertarik mendengar cerita suksesnya. Terlebih modal yang dibutuhkanpun sangat kecil, sehingga aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba. Hasilnya ternyata luar biasa. Mungkin memang karena bidang ini masih banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh program ini sangat jitu. Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai jutaan rupiah. Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas menengah. Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang beruntung aku menemukan program ini. Semenjak itu, penampilanku berubah. Gaya hidup yang sudah lama aku impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah dapat aku beli. Semakin sering aku mengajak Monika untuk makan di restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21. Monika sempat kaget dengan kemajuanku. Sempat disangkanya aku berusaha yang ilegal, seperti menjual narkoba. Tetapi setelah aku jelaskan apa bisnisku, dia pun lega dan ikut senang. Disuruhnya aku bersyukur pada Tuhan karena telah memberikan jalan kepadaku. Hanya satu saja yang masih kurang. Aku belum punya mobil. Setelah menabung dari hasil usahaku selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli mobil bekas. Kulihat di suratkabar dan tertera iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik. Aku tertarik dan langsung kutelpon si penjualnya. �Ya betul� mobil saya memang dijual�. Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon. �Harganya berapa Bu?� �Empat puluh delapan juta� �Kok mahal sih Bu?� �Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil� Dengan cepat kukalkulasi danaku. Wah.. Untung masih cukup, walaupun aku harus menjual motorku dulu. Tetapi akupun berpikir, siapa tahu harganya masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu. �Alamatnya dimana Bu?� Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan aku berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah. ***** Setelah mencari beberapa lama, sampai juga aku di alamat yang dimaksud. �Selamat sore� sapaku ketika seorang wanita cantik membuka pintu. �Oh sore..� jawabnya. Aku tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 35 tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi. Payudaranya yang tampak penuh di balik baju �you can see� menambah kecantikannya. Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, aku bisa bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, bintang film itu. �Saya Wawan yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu� �Oh.. Ya silakan masuk.� Akupun masuk ke dalam rumahnya. �Tunggu sebentar ya Wan. Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les. Mau minum apa?� �Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu� Akupun kemudian duduk di ruang tamu. Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup. �Kamu masih kuliah ya,� tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu �Iya Bu.. Hampir selesai sih � �Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu� si ibu berkata lagi. Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahagaku. �Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu. Mangkanya jangan mahal-mahal dong� jawabku. �Wah.. Hebat kamu kalau gitu. Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil� �Yah usaha kecil-kecilan lah� jawabku seadanya. �Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?� �Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja tante Sonya.� jawabnya sambil sedikit tertawa genit. �Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru� �Oh begitu..� jawabku. Kemudian tante Sonya tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain. Agak rikuh aku dibuatnya. Terlebih tante Sonya duduk sambil menumpangkan kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan pahanya yang putih mulus. �Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?� tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku. �Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu� jawabnya. �Waduh.. Maaf ya tante� �Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?� �Sudah, tante� �Cantik ya?� �Cantik dong tante..� jawabku lagi. Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini. Tante Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku. �Cantik mana sama tante..� katanya sambil tangannya meremas tanganku. �Anu.. Aduh.. Sama-sama, tante juga cantik� jawabku sedikit tergagap. �Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?�. Sambil berkata, tangan tante Sonya mulai berpindah dari tanganku ke pahaku. �Belum.. Tante.. Saya masih perjaka.. Saya nggak mau begituan dulu� jawabku sambil menepis tangan tante Sonya yang sedang meremas-remas pahaku. Jujur saja, sebenarnya akupun sudah mulai terangsang, akan tetapi saat itu aku masih dapat berpikir sehat untuk tidak mengkhianati Monika pacarku. Mendengar kalau aku masih perjaka, tampak tante Sonya tersenyum. �Mau tante ajarin caranya bikin senang wanita?� tanyanya sambil tangannya kembali merabai pahaku, dan kemudian secara perlahan mengusap-usap penisku dari balik celana. �Aduh.. Tante.. Saya sudah punya pacar.. Nggak usah deh..� �Mobilnya kapan datang sih?� lanjutku lagi. �Sebentar lagi.. Mungkin macet di jalan. Mau minum lagi? � Tanpa menunggu jawabanku, tante Sonya pergi ke belakang sambil membawa gelasku yang telah kosong. Lega juga rasanya terlepas dari bujuk rayu tante Sonya. Beberapa menit kemudian, tante Sonya kembali membawa minumanku. �Ayo diminum lagi� kata tante Sonya sambil memberikan gelas berisi sirup padaku. Kuteguk sirup itu, dan terasa agak lain dari yang tadi. Tante Sonya kemudian kembali duduk di sebelahku. �Ya sudah.. Kamu memang setia nih ceritanya.. Kita ngobrol aja deh sambil menunggu mobilnya datang, OK?� �Iya tante..� jawabku lega. �Kamu ngambil jurusan apa?� �Ekonomi, tante� �Kenal pacarmu di sana juga?� Waduh.. Aku berpikir kok si tante kembali nanyanya yang kayak begituan. �Iya dia teman kuliah� �Ceritain dong gimana ketemuannya� Yah daripada diminta yang nggak-nggak, aku setuju saya menceritakan padanya tentang kisahku dengan Monika. Kuceritakan bagaimana saat kami berkenalan, ciri-cirinya, acara favorit kami saat pacaran, tempat-tempat yang sering kami kunjungi. Setelah beberapa lama bercerita, entah mengapa nafsu birahiku terangsang hebat. Akupun merasakan sedikit keringat dingin mengucur di dahiku. �Kenapa Wan.. Kamu sakit ya� tanya tante Sonya tersenyum sambil kembali meremas tanganku. Tangannya kemudian beralih ke pahaku dan kembali diusap dan diremasnya perlahan. �Anu tante rasanya kok agak aneh ya?� jawabku. �Tapi enak kan?� Tante Sonyapun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi aku menolak tante Sonya. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun. �Saya tadi dikasih apa tante� tanyaku lirih. �Ah.. Cuma sedikit obat kok. Supaya kamu bisa lebih rileks� jawabnya sambil tangannya mulai membuka retsleting celanaku. �Ayo, tante ingin merasakan penismu yang masih perjaka itu� lanjutnya sambil kembali menciumi wajahku. Tante Sonyapun kemudian membuka celanaku beserta celana dalamnya sekaligus. �Hmm.. Besar juga ya punyamu. Tante suka tongkol besar anak muda begini�. Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian tante Sonya merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah berahi. �Ah.. Tante..� desahku menahan nikmat, ketika mulut tante Sonya mulai menghisap dan menjilati penisku. Tangan tante Sonyapun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku dipermainkannya, kembali tante Sonya bangkit dan menciumiku. �Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang..� bisiknya. Akupun sudah tak kuasa menolak. Nafsu berahi telah menguasai diriku. Kamipun beranjak menuju kamar tidur tante Sonya di bagian belakang rumah. Sesampainya aku di kamar, tante Sonya kembali menciumiku. Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di payudaranya yang membusung. �Ayo sayang.. Kamu remas ya� Kuikuti instruksi tante Sonya dan kuremas payudara miliknya. Tante Sonyapun terdengar mengerang nikmat. �Sayang� tolong bukain baju tante ya�. Tante Sonya membalikkan badan dan akupun membuka retsleting baju �you can see�nya. Setelah terbuka, tante Sonya kembali berbalik menghadapku. �BHnya sekalian donk sayang..� ujarnya. Kuciumi kembali wajahnya yang ayu itu, sambil tanganku mencari-cari pengait BH di punggungnya. �Aduh.. Kamu lugu amat ya.. Tante suka..� katanya disela-sela ciuman kami. �Pengaitnya di depan, sayang..� Kuhentikan ciumanku, dan kutatap kembali BHnya yang membungkus payudara tante Sonya yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga payudara kenyal itupun seolah meloncat keluar. �Bagus khan sayang.. Ayo kamu hisap ya..� Tangan tante Sonya merengkuh kepalaku dan didorong ke arah dadanya. Tangannya yang satunya lagi meremas payudaranya sendiri dan menyorongkannya ke arah wajahku. �Ah.. Enak.. Anak pintar.. Sshh� desah tante Sonya ketika aku mulai menghisap payudaranya. �Jilati putingnya yang..� instruksi tante Sonya lebih lanjut. Dengan menurut, akupun menjilati puting payudara tante Sonya yang telah mengeras. Kemudian aku kembali menghisap sepasang payudaranya bergantian. Setelah puas aku hisapi payudaranya, tante Sonya kemudian mengangkat kepalaku dan kembali menciumiku. �Sekarang kamu buka rok tante ya� Tante Sonya merengkuh tanganku dan diletakkannya di pantatnya yang padat. Kuremas pantatnya, lalu kubuka retsleting rok mininya. Aku terbelalak melihat Tante Sonya ternyata menggunakan celana dalam yang sangat mini. Seksi sekali pemandangan saat itu. Tubuh tante Sonya yang padat dengan payudara yang membusung indah, ditambah dengan sepatu hak tinggi yang masih dikenakannya. Kembali tante Sonya mencium bibirku. Lantas ditekannya bahuku, membuatku berlutut di depannya. Tangan tante Sonya lalu menyibakkan celana dalamnya sehingga vaginanya yang berbulu halus dan tercukur rapi nampak jelas di depanku. �Cium di sini yuk sayang..� perintahnya sambil mendorong kepalaku perlahan. �Oh..my god.. Sshh� erang tante Sonya ketika mulutku mulai menciumi vaginanya. Kujilati juga vagina yang berbau harum itu, dan kugigit-gigit perlahan bibir vaginanya. �Ahh.. Kamu pintar ya.. Ahh� desahnya. Tante Sonya lantas melepaskan celana dalamnya, sehingga akupun lebih bebas memberikan kenikmatan padanya. �Jilat di sini sayang..� instruksi tante Sonya sambil tangannya mengusap klitorisnya. Kujilati klitoris tante Sonya. Desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi dan tubuhnya meliuk-liuk sambil tangannya mendekap erat kepalaku. Beberapa saat kemudian, tubuh tante Sonyapun mengejang. �Yes.. Ah.. Yes..� jeritnya. Liang vaginanya tampak semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kusedot habis cairan vaginanya sambil sesekali kuciumi paha mulus tante Sonya. Tak percuma ilmu yang kudapat selama ini dari pengalamanku menonton dan mengkoleksi video porno. �Kita terusin di ranjang yuk..� ajaknya setelah mengambil nafas panjang. Akupun kemudian melucuti semua pakaianku. Tante Sonya lalu membuka sepatu hak tingginya, sehingga sambil telanjang bulat, kami merebahkan diri di ranjang. �Ciumi susu tante lagi dong yang..� Aku dengan gemas mengabulkan permintaannya. Payudara tante Sonya yang membusung kenyal, tentu saja membuat semua lelaki normal, termasuk aku, menjadi gemas. Sementara mulutku sibuk menghisap dan menjilati puting payudara tante Sonya, tangannya menuntun tanganku ke vaginanya. Akupun mengerti apa yang ia mau. Tanganku mulai mengusap-usap vagina dan klitorisnya. Tante Sonya kembali mengerang ketika nafsu berahinya bangkit kembali. Ditariknya wajahku dari payudaranya dan kembali diciuminya bibirku dengan ganas. Selanjutnya, tante Sonya menindih tubuh atletisku. Dijilatinya dada bidangku dan kedua putingnya dan kemudian perut sixpackku pun tak lupa diciuminya. Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya. Tak lama kemudian, kepala tante Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya menghisapi penisku. �Sekarang tante pengin ambil perjakamu ya..� Sambil berkata begitu, tante Sonya menaiki tubuhku. Diarahkannya penisku ke dalam vaginanya. Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika batang penisku mulai menerobos liang vagina tante Sonya. �Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka tongkolmu.. Enak..� desah tante Sonya sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku. �Heh.. Heh.. Heh..� begitu suara yang terdengar dari mulut tante Sonya. Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku. �Tante suka.. Ahh.. Ngent*tin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes..� Tante Sonya terus meracau sambil menikmati tubuhku. Tangannya kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang berirama. Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi. �Enak.. Ahh.. Ayo terus.. ent*tin tante.. Ah.. Anak pintar.. Ahh..� Tak lama tubuh tante Sonyapun kembali mengejang. Dengan lenguhan yang panjang, tante Sonya mengalami orgasme yang kedua kalinya. Tubuh tante Sonya kemudian rubuh di atasku. Karena aku belum orgasme, nafsukupun masih tinggi menunggu penyaluran. Kubalikkan tubuh tante Sonya, dan kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya. Rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu. �Oh.. Enak tante.. Yes.. Yes..� erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan. �Wawan mau keluar tante..� kataku ketika aku merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku. �Keluarin di mulut tante, sayang..� Akupun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah tante Sonya. Tangan tante Sonya langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya. �Ahh.. Tante..� jeritku ketika aku menyemburkan air maniku dalam mulut tante Sonya. Tante Sonya lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik. ***** Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu. �Enak Wan?� tanyanya sambil tersenyum genit. �Enak tante� memang tante sering ya beginian� �Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja..� �Oh.. Tante sukanya anak muda ya..� �Iya Wan.. Disamping staminanya masih kuat.. Tante juga merasa jadi lebih awet muda.� jawab tante Sonya genit. Tak lama mobil yang dinantipun datang. Akhirnya aku jadi membeli mobil tante Sonya itu. Disamping kondisinya masih bagus, tante Sonya memberikan korting delapan juta rupiah. �Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya� katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu. Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu. Sampai saat ini, aku masih berselingkuh dengan tante Sonya. Sebenarnya aku diliputi perasaan berdosa kepada Monika pacarku. Tetapi apa daya, setelah kejadian itu, aku jadi ketagihan bermain seks. Aku tetap sangat mencintai pacarku, dan tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran. Tetapi untuk menyalurkan hasratku, aku terus berhubungan dengan tante Sonya. Bisniskupun makin lancar. Keuanganku semakin membaik, sehingga aku sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Monika untuk menutupi rasa bersalahku TAMAT

Batal Kuliah Dapat Rejeki



Kenalkan, namaku Tama. Aku adalah seorang mahasiwa tingkat 3 di sebuah perguruan negeri tinggi di Kota Bandung. Postur tubuhku biasa saja, tinggi 173 cm dengan berat 62 kg, namun karena aku ramah, lumayan pintar, serta lumayan kaya maka aku cukup terkenal di kalangan adik maupun kakak kelas jurusanku. Pagi itu aku tergesa � gesa memarkir Honda Accordku di parkiran kampus. Setengah berlari aku menuju ke gedung kuliah yang berada sekitar 400 m dari parkiran tersebut, sambil mataku melirik ke jam tangan Albaku yang telah menunjukkan pukul 8.06. Shit..! Kalau saja tadi malam aku tidak nekat menonton pertandingan bola tim favoritku (Chelsea) sampai pukul 2 larut malam pasti aku tidak akan terlambat seperti ini. �Kalau saja pagi ini bukan Pak Noel yang mengajar, tentu saja aku masih berjalan santai menuju ruang kuliah. Ya, Pak Noel yang berusia sekitar 40 tahunan memang sangat keras dalam urusan disiplin, terlambat sepuluh menit saja pastilah pintu ruangan kuliah akan dikuncinya. Kesempatan �titip absen� pun nyaris tidak ada karena ia hampir selalu mengecek daftar peserta hadir. Parahnya lagi, kehadiran minimal 90% adalah salah satu prasyarat untuk dapat lulus dari mata kuliah ajarannya.� Tersentak dari lamunanku, ternyata tanpa sadar aku sudah berada di gedung kuliah, namun tidak berarti kesulitanku terhenti sampai disini. Ruanganku berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung terbuka. Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu menyapaku. �Hai Tama..!� Akupun menoleh, ternyata yang menyapaku adalah adik angkatanku yang bernama Dwi. �Hai juga� jawabku sambil lalu karena masih dalam keadaan panik. �Kerah baju kamu terlipat tuh� kata Dwi. Sadar, aku lalu membenarkan posisi kerah kemeja putihku serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeansku. �Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti kamu buru � buru ya?� kata Dwi lagi. �Iya nih, biasa Pak Noel� jawabku. �Mmh� Dwi hanya menggumam. Setelah pintu lift terbuka akupun masuk ke dalam lift. Ternyata Dwi juga melakukan hal yang sama. Didalam lift suasananya sunyi hanya ada kami berdua, mataku iseng memandangi tubuh Dwi. Ternyata hari itu ia tampil sangat cantik. Tubuh putih mulusnya setinggi 167 cm itu dibalut baju kaos Gucci pink yang ketat, memperlihatkan branya yang berwarna hitam menerawang dari balik bajunya. Sepertinya ukuran payudaranya cukup besar, mungkin 34D. Ia juga mengenakan celana blue jeans Prada yang cukup ketat. Rambutnya yang lurus sebahu terurai dengan indahnya. Wangi parfum yang kutebak merupakan merk Kenzo Intense memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti beradu dengan parfum Boss In Motion milikku. Hmm pikirku, pantas saja Dwi sangat diincar oleh seluruh cowo di jurusanku, karena selain ia masih single tubuhnya juga sangat proporsional. Lebih daripada itu prestasi akademiknya juga cukup cemerlang. Namun jujur diriku hanya menganggap Dwi sebagai teman belaka. Mungkin hal itu dikarenakan aku baru saja putus dengan pacarku dengan cara yang kurang baik, sehingga aku masih trauma untuk mencari pacar baru. Tiba � tiba pintu lift membuka di lantai 4. Dwi turun sambil menyunggingkan senyumnya kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang menutup aku sempat melihat Dwi masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut. Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya keadaannya kosong. Aku juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe� Setelah itu lift pun tertutup dan membawaku ke lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruang kuliahku seharusnya berada, aku tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi �kuliah Pak Noel ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen� Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, aku tiba � tiba saja teringat akan Dwi. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil berharap kalau Dwi masih ada disana. Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak tahu apa Dwi masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Dwi yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan bertanya �Hai Tama, ngga jadi kuliah?� �Kuliahnya diundur� jawabku singkat. Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suaraku, suara Dwi, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak sadar aku mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Dwi. Maklum, namanya juga cowo, huehehe� Penasaran, aku segera mendekati Dwi. �Hi Dwi, lagi ngapain sendirian disini?� �Oh, ini lagi ngerjain tugas. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi.� �Eh, kebetulan ada Tama, udah pernah ngambil kuliah ini kan?� Tanya Dwi sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya. Aku mengangguk singkat. �Bisa ajarin Dwi ngga caranya, Dwi dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?� pinta Dwi. Akupun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat kuajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah selesai. �Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Tama, udah ngerepotin kamu.� Kata Dwi ramah. Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya. �Apa sih yang ngga buat cewe tercantik di jurusan ini� kataku sekedar iseng menggoda. Dwi pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan secara tiba � tiba ia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku. Aku yang refleksnya memang sudah terlatih dari olahraga karate yang kutekuni selama ini pun dapat menghindar, dan secara tidak sengaja tubuhnya malah kehilangan keseimbangan serta pahanya mendarat menduduki pahaku yang masih duduk. Secara tidak sengaja tangan kanannya yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku. Spontan, adik kecilku pun bangun. �Iih, Tama kok itunya tegang sih?� kata Dwi sambil membenarkan posisi tangannya. �Sori ya� kataku lirih. Kami pun jadi salah tingkah, selama beberapa saat kami hanya saling bertatapan mata sambil ia tetap duduk di pangkuanku. Melihat mukanya yang cantik, bibirnya yang dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya yang bulat indah membuatku benar � benar menyadari kecantikannya. Ia pun hanya terus menatap dan tersenyum kearahku. Entah siapa yang memulai, tiba � tiba kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata ia seorang pencium yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuatnya kewalahan. Harum tubuhnya makin membuatku horny dan membuatku ingin menyetubuhinya. Seolah mengetahui keinginanku, Dwi pun merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas pahaku dengan posisi berhadapan, daerah vaginanya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan penisku yang juga masih berada didalam celanaku dengan nikmatnya. Bagian dadanya pun seakan menantang untuk dicium, hanya berjarak 10 cm dari wajahku. Kami berciuman kembali sambil tanganku melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dadaku yang bidang. �mmhh.. mmmhh..� hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu. Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh Dwi sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Akupun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas � remas gundukan payudaranya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tanganku. �Aaah, Tama�� Erangannya yang manja makin membuatku bergairah. Kubuka kaos serta branya sehingga Dwi pun sekarang telanjang dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan payudaranya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang. �Tama�� katanya sambil menekan kepalaku kearah payudaranya. Akupun tidak menyia � nyiakan kesempatan baik itu. Tangankupun meremas, menjilat, dan mencium kedua belah payudaranya. Kadang bibirku mengulum putting payudaranya. Kadang bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan itu membuat badan Dwi menggelinjang. �Aaahh� SShhh�� aku mendongak keatas dan melihat Dwi sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibirku di payudaranya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan �pekerjaanku� di dadanya. Puas menyusu, akupun menurunkan ciumanku kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu ciumanku makin mengalir turun ke arah selangkangannya. Akupun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan vaginanya yang begitu gemuk dari pandanganku. Akupun mendekatkan hidungku ke arah vaginanya, tercium wangi khas yang sangat harum. Ternyata Dwi sangat pintar dalam menjaga bagian kewanitaannya itu. Sungguh beruntung diriku dapat merasakan miliknya Dwi. Akupun mulai menyentuh bagian depan celana dalamnya itu. Basah. Ternyata Dwi memang sudah horny karena servisku. Jujur saja aku merasa deg � degan karena selama ini aku belum pernah melakukan seks dengan kedelapan mantan pacarku, paling hanya sampai taraf oral seks. Jadi ini boleh dibilang pengalaman pertamaku. Dengan ragu � ragu akupun menjilati celana dalamnya yang basah tersebut. �Mmhhh� Ooggghh�� Dwi mengerang menikmati jilatanku. Ternyata rasa cairan kewanitaan Dwi gurih, sedikit asin namun enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh. �Buka aja celana dalamku� kata Dwi. Mendengar restu tersebut akupun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Dwi benar � benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian lengkap. Benar � benar pemandangan yang indah. Vaginanya terpampang jelas di depan mataku, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi. Bagai orang kelaparan, akupun segera melahap vaginanya, menjilati bibir vaginanya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Dwi terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini. �Emmh, please don�t stop� kata Dwi dengan mata terpejam. "OOuucchh..." Rintih Dwi di telingaku sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya."Ssshhh...Ahhh", balasku merasakan nikmatnya vagina Dwi yang makin basah. Sambil terus meremas dada besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati vaginanya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepalaku. Tak lama kemudian, �Uuuhhh.. Dwi mau ke� lu� ar�� seiring erangannya vaginanya pun tiba � tiba membanjiri mulutku mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih dan hangat. Akupun tidak menyia � nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis. �Slruuppp�� suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut. Nafas Dwi terdengar terengah � engah, ia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah akupun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri. �Mmhh, Tama� makasih ya kamu udah bikin Dwi keluar.� �kamu malah belum buka baju sama sekali, curang� kata Dwi. �Gantian sini.� Setelah berkata lalu Dwi mendorong tubuhku sehingga aku duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalamku. Iapun kaget melihat batang penisku yang berukuran cukup �wah.� Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter 5 cm. kepalanya yang seperti topi baja berwarna merah tersentuh oleh jemari Dwi yang lentik. �Tama, punya kamu gede banget�� setelah berkata maka Dwi langsung mengulum kepala penisku. Rasanya sungguh nikmat sekali. �mmh Dwi kamu nikmat banget�� kataku. Iapun menjelajahi seluruh penjuru penisku dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah penisku, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakarku. �aah� uuhh� � hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung penisku dan berusaha memasukkan penisku sepanjang � panjangnya kedalam mulutnya. Akupun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang penisku hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka bajuku sendiri aku mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan penisku sebanyak 5 � 6 kali. Puas dengan itu ia pun berdiri dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing penisku memasuki liang kemaluannya. �Tama sayang, aku masukin ya..� kata Dwi bergairah. Lalu iapun menduduki penisku, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama � lama seluruh batang penisku terbenam ke dalam liang vaginanya. Aah, jadi ini yang mereka katakana kenikmatan bercinta, rasanya memang enak sekali pikirku. Iapun terus menaik � turunkan vaginanya sambil kedua tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang. �Pak.. pak� pak.. sruut.. srutt..� bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali aku menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupanganku. �Dwi, ganti posisi dong� kataku. Lalu Dwi berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang vaginanya yang memerah tampak semakin menggairahkan. Akupun segera memasukkan penisku dari belakang. �aahh, pelan � pelan sayang� kata Dwi. Akupun menggenjot tubuhnya sampai payudaranya berguncang � guncang dengan indahnya. �Aaahhkk...Tama...Ooucchhhkgg..Ermmmhhh" suara Dwi yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuatku semakin tidak berdaya menahan pertahanan penisku. �Ooohh...yeahh ! fu*k me like that...uuhh...i�m your bitch now !� erang Dwi liar. "Aduhh.. aahh.. gila Dwi.. enak banget!" ceracauku sambil merem-melek. "Oohh.. terus Tama.. kocok terus" Dwi terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya. "Yak.. dikit lagi.. aahh.. Tama.. udah mau" Dwi mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks. "Dwi.. Aku juga.. mau keluar.. eerrhh" geramku dengan mempercepat gerakan. "Enak nggak Tama?" tanyanya lirih kepadaku sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mataku. "Gila.. enak banget Dwi.. terusin sayang, yang kencang.." Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah payudaranya untuk meremas � remasnya. Sesekali tanganku memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut. �uuhh.. sshh.. Dwi, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?� tanyaku. �uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan� kata Dwi. Makin lama goyangan penisku makin dalam dan makin cepat.. "Masukin yang dalem dooo...ngg...", pintanya. Akupun menambah kedalaman tusukan penisku, sampai pada beberapa saat kemudian. �aahh� Tama.. kita keluarin sekarang�� Dwi berkata sambil tiba � tiba cekikan vaginanya pada penisku terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya bergetar. Akupun tak mampu membendung sperma pada penisku dan akhirnya kutembakkan beberapa kali ke dalam liang vaginanya. Rasa hangat memenuhi penisku, dan disaat bersamaan akupun memeluk Dwi dengan eratnya dari belakang. Setelah beberapa lama tubuh kami yang bercucuran keringat menyatu, akhirnya akupun mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya. Aku menyodorkan penisku ke wajah Dwi dan ia segera mengulum serta menelan habis sperma yang masih berceceran di batang penisku. Aku menyandarkan tubuhku pada dinding ruang studio dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya. "Dwi.. mau keluar nih.." kataku lirih sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan hisapan Dwi. "Bentar, tahan dulu Tama.."jawabnya sambil melepaskan kocokannya. "Loh kok ngga dilanjutin?" tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku, Dwi mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan kedua payudaranya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gundukan kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Penisku serasa diurut dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang licin, Dwi pun melumuri payudaranya dengan liurnya sendiri. �Gila Dwi, kamu ternyata liar banget..� Dwi hanya menjawab dengan sebuah senyuman nakal. Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. "Enak nggak Tama?" tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. "Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak banget Sayang.. Terus kocok yang kencang.." Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah mulutnya, dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh nafsu. "Ahh.. ohh.." desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. Tak lama kemudian, �aah� Dwi aku mau keluar lagi�� setelah berkata begitu akupun menyemprotkan beberapa tetes spermaku kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis oleh Dwi. Iapun lalu menciumku sehingga aku merasakan spermaku sendiri. Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu akupun pulang kekostan setelah mengantarkan Dwi ke kostannya menggunakan mobilku. Dialam mobil ia berkata bahwa ia sangat puas setelah bercinta denganku serta menginginkan untuk mengulanginya kapan � kapan. Akupun segera menyanggupi dan mencium mesra bibirnya. Setelah itu aku mengarahkan mobilku ke kostanku yang berada di daerah Dago. Soal kuliahnya Pak Noel, aku sudah cuek karena hari itu aku mendapatkan anugerah yang tidak terkira, yaitu bisa bercinta dengan Dwi.
Klik Link Dibawah 1 Kali Untuk Menutup